Arsip

Kebijakan Umum Pembangunan Kesehatan di Kalbar

Advertisement

PONTIANAK – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Syarif Kamaruzaman pada Rapat kerja Poltekes Kemenkes Pontianak menyampaikan materi kebijakan umum pembangunan kesehatan di Kalbar.

Rapat kerja Poltekes Kemenkes Pontianak bertemakan “Peningkatan Kinerja Poltekes Kemenkes Pontianak Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0”. yang diselenggarakan di salah satu hotel di Pontianak, (24/01).

Pada pemaparannya Pj Sekda berharap, peningkatan angka pencapaian target harapan hidup 70 persen capaian harapan hidup pada tahun 2023, serta strategi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan dengan meningkatkan layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan pola hidup bersih dan sehat pada masyarakat, penyediaan data dan informasi kesehatan, penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang memadai, meningkatkan pelayanan kesehatan yang berosientasi pada kepuasan masyarakat terhadap layanan kesehatan dan perluasan kapasitas dan fasilitas kesehatan.

Advertisement

Kondisi kesehatan di Kalbar mengenai kesehatan ibu dan anak pada tahun 2012, Angka kematian ibu (AKI) provinsi Kalbar berada di bawah nasional yaitu 240 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian ibu nasional 359 per 100.000 kelahiran hidup Tren AKB dari tahun ke tahun mengalami penurunan. pada tahun 2012, AKB provinsi Kalbar berada di bawah nasional yaitu 31 % per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB Nasional 32 %per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2016 AKB provinsi Kalbar mencapai 22,2 % per 1000 kelahiran hidup prevelansi balita gizi kurang, Ujar Syarif Kamaruzaman.

Ia menjelaskan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013) prevalensi balita gizi kurang provinsi Kalbar tahun 2013 sebesar 26,5 % masih berada di atas nasional sebesar 19,6%.

Jika di bandingkan dengan tahun 2010, prevalensi balita gizi kurang provinsi Kalbar mengalami penurunan sebesar 2,7% dari 29,2%.

Tren balita gizi buruk dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan dan kemudian secara perlahan penurunan. Prevalensi balita gizi buruk mengalami peningkatan yang signifikan manjadi 7% pada tahun 2015 dan pada tahun 2017 menurun menjadi 6,5%, Ungkapnya. (Red).

Advertisement