Edi menekankan agar selama memainkan meriam karbit, warga tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Mulai bulan Ramadan boleh dimainkan, tapi untuk festivalnya kita tiadakan,” kata Edi.
Baca juga: Helikopter Polda Pantau PETI di Nanga Mahap
Sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di Wilayah Pontianak Timur, Selatan dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di pinggiran Sungai Kapuas.
Permainan tradisional yang sudah lama ada ini merupakan satu di antara aset budaya dan wisata yang dimiliki Kota Pontianak. Juga, untuk ukuran sebesar ini, hanya satu-satunya di dunia.
Baca juga: Orangutan yang Tersesat di Kebun Kelapa Tempati “Rumah Baru”
“Permainan meriam karbit ini perlu kita lestarikan agar budaya yang kita miliki tidak punah ditelan zaman,” tutur Edi.
Saat ini di Kota Pontianak terdapat sekitar 40 komunitas meriam karbit. Mereka tergolong aktif sebagai wujud melestarikan permainan ini. Dalam kondisi sebelum pandemi, mampu menyedot perhatian wisatawan. (*/SVE)
Leave a Reply