Arsip

4.748 Orang Diduga Suspect TBC di Kota Pontianak

Advertisement

                      Foto: Penyerahan Sertifikat kepada Puskesmas dan salah satu RSUD sebagai Fasyankes dalam penanganan TBC. Foto/Ist.

PONTIANAK, RUAI.TV – Komunitas Bina Asri dan Pemerintah terus berupaya meningkayan Layanan TBC dalam Jejaring DPPM di Kota Pontianak, dalam Penanggulangan TBC di Kota Pontianak Melalui CBMF, satu diantaranya melalui pertemuan yang dilaksanakan, Selasa, (17/10/2023) pagi.

Advertisement

Diketahui, Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Menurut Laporan TBC Global 2022 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2023, Indonesia berada di peringkat kedua dunia dengan tingkat penyebaran TBC tertinggi, setelah India.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa terdapat sekitar 969.000 kasus TBC di Indonesia, sementara jumlah kasus yang sudah dilaporkan saat ini adalah sebanyak 717.941 kasus.

Dengan demikian, penanggulangan TBC di Indonesia memerlukan keterlibatan dari berbagai sektor, tidak hanya pemerintah, tetapi juga sektor swasta.

“Di Indonesia telah mengembangkan strategi Public-Private-Mix berbasis kabupaten/kota (District Private Public Mix/DPPM) untuk meningkatkan deteksi kasus dan memastikan perawatan TBC sesuai standar, termasuk di kota Pontianak”. Ungkap Sarinah, Koordinator Program SSR Bina Asri Pontianak, Selasa pagi.

Dalam implementasi DPPM lanjut Sarinah, masyarakat menggunakan pendekatan “public watch” untuk memantau dan mengevaluasi kualitas layanan TBC, yang terkait dengan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

“Standar ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 4/2019 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 59/2021 yang berkaitan dengan Standar Pelayanan Kesehatan Orang Terduga TBC (OTT)”, jelasnya.

Untuk mengimplementasikannya, ia mengatakan diperlukan sebuah platform yang memfasilitasi masukan dan pengalaman penerima manfaat (pasien) dalam mengakses layanan TBC, yang dikenal sebagai Community Based Monitoring Feedback (CBMF).

Sarinah menjelaskan, CBMF merupakan kerangka kerja berbasis komunitas yang mendorong penerima manfaat untuk mengevaluasi efektivitas, kualitas, aksesibilitas, dampak program, dan layanan kesehatan.

“Harapannya, platform ini dapat diisi secara sukarela oleh penerima manfaat dalam hal ini pasien setelah mereka mendapatkan layanan TBC di Fasyenkes”. Harapnya.

Selain itu lanjutnya, untuk mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap pasien TBC, telah dikembangkan mekanisme CBMF dalam bentuk pertanyaan yang diunggah melalui Google Form, yang dikelola oleh komunitas bina asri.

“Pengisian umpan balik ini dilakukan oleh pasien di semua puskesmas di Kota Pontianak dan faskes swasta yang telah bekerja sama dengan komunitas, dan pengisian umpan balik layanan oleh pasien akan dibantu oleh Kader Komunitas di setiap kecamatan saat melakukan Investigasi Kontak atau traccing kasus,”jelasnya.

Ia pun memaparkan tantangan yang dihadapi oleh komunitas dalam upaya pemenuhan SPM Kesehatan Orang Terduga TBC (OTT) adalah adanya stigma yang masih meluas di masyarakat terkait penyakit TBC dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri jika mengalami gejala yang dialami.

“Gejala seperti memiliki gejala batuk, gejala lain yang mencurigakan, dan faktor risiko tertentu seperti perokok, riwayat penyakit jantung, ibu hamil, lansia, riwayat diabetes, dan anak-anak yang telah berinteraksi dengan pasien TBC positif atau tinggal serumah dengannya”, ujar sarinah.

Berdasarkan data yang tercatat dalam komunitas Bina Asri pontianak, terdapat sekitar 4.748 orang terduga (suspect) TBC di Kota Pontianak yang memenuhi syarat untuk dirujuk ke fasyankes.

Namun lanjutnya, hanya 1.574 orang yang benar-benar melakukan pemeriksaan di fasyankes dan ditangani, berarti hanya sekitar 33% dari mereka yang memenuhi syarat telah memeriksakan diri.

“Sisanya, sekitar 77%, belum melakukan pemeriksaan, dan ini berpotensi menjadi kasus TBC aktif di masa mendatang”, ungkapnya.

Oleh karena itu, penting bagi orang terduga TBC untuk segera melakukan pemeriksaan agar tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih awal.

Dalam kegiatan tersebut, hadir juga Dinas Kesehatan Kota Pontianak, KOPI TB, Puskesmas, dan Rumah Sakit pemerintah dan swasta.

Di akhir kegiatan, diberikan penghargaan berupa sertifikat kepada 1 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit, yaitu Puskesmas Perumnas I dan RSUD dr. Soedarso, sebagai fasyankes terbaik dalam upaya deteksi terduga (suspect) TBC dan kasus positif TBC serta meningkatkan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, terutama di Kota Pontianak dalam konteks TBC. (RED)

Advertisement