SANGGAU, RUAI.TV – Setiap sub etnik Dayak di Pulau Kalimantan, memiliki tradisi pesta panen dengan sebutan yang berbeda-beda, menurut bahasa setempat. Bagi komunitas masyarakat Dayak di Kabupaten Sanggau, pesta panen juga mereka sebut “nosu minu podi”.
Tradisi ini kerap mereka selenggarakan sebagai penanda berakhirnya masa panen padi di ladang. Sekaligus, menandai pula kegiatan perladangan untuk tahun selanjutnya.
Baca juga: Ada Bisikan Leluhur, Dayak Bakati Lumar Bikin Ritual Ini
Selain menyelenggarakan berbagai ritual adat, sebagai ekspresi syukur atas kelimpahan panen, pesta ini terangkai dengan kegiatan hiburan, seni, dan olahraga. Di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Mukok, pesta ini berlangsung sejak Jumat (06/05/2022).
Tari-tarian kreasi etnik menampilkan sejumlah anak-anak muda di lapangan sepak bola. Juga, untuk kali pertama, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sema Bisa milik desa itu, menyelenggarakan pertandingan sepak bola.
Baca juga: Landak Selenggarakan Tradisi Naik Dango, Produksi Padi Kian Naik
Sebanyak 36 tim berpartisipasi dalam Open Tournament BUMDes Cup tersebut. Tim-tim ini berasal dari berbagai daerah di sekitar desa.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan Mukok, Antonius Leo, membuka pertandingan ini secara simbolis. Dia menyebut, tournament ini bertujuan untuk semakin mengeratkan tali persaudaraan antar warga.
Baca juga: Wali Kota Tjhai Panen Buah, Lihat Keseruannya
“Dan juga, untuk mencari bibit-bibit pemain sepak bola yang ke depannya bisa berprestasi,” ujar Antonius Leo.
Pelaksana tugas Kepala Desa Sungai Mawang, Samuel, mengatakan, dua tahun terakhir, kegiatan nosu minu podi dengan melibatkan banyak orang, tak bisa terselenggara.
Baca juga: Naik Rp 10 Ribu, Harga Sawi per Kilo di Pasar Tradisional Sanggau
Sebab, angka konfirmasi positif COVID-19 masih cukup tinggi. Tahun ini, barulah kegiatan seperti ini bisa kembali terlakdana, dan dia minta semua pemain berlaku sportif. (RED)
Leave a Reply