SINTANG, RUAI.TV – Seorang pelajar putra kelas V SDN 25 Ledan, Desa Korong Daso, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, menarik perhatian saat gotong rotong warga memperbaiki gedung sekolah. Pelajar bernama Fransiskus Dedi ini mahir mengoperasikan chainsaw–atau senso dalam sebutan lokal untuk gergaji rantai–memotong kayu sebagai material bangunan.
Dia lincah mengoperasikan chainsaw, membelah kayu menjadi papan untuk memperbaiki gedung sekolah yang rusak. Dedi bersama delapan orang dewasa, menjadi operator gergaji rantai tersebut. Puluhan warga berpartisipasi dalam gotong royong yang berlangsung selama tiga hari, mulai pada 5 Mei 2023. SDN 25 Ledan berada di Desa Korong Daso.
Baca juga: Guru SDN di Deme Ubah WC Jadi Tempat Tinggal
Kerusakan gedung sudah sejak Oktober 2021 lalu. Baru kali ini, perbaikan bisa dilakukan dengan cara swadaya warga setempat bersama pemerintah desa dan kecamatan. Kerusakan terjadi akibat terpaan banjir. Dua tahun setelah banjir yang membuat kerusakan parah, belum ada perbaikan fisik.
Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Ambalau, Kornelius Ngawan, mengatakan, perbaikan yang mereka lakukan baru untuk tiga ruang kelas dan satu ruang dewan guru. Sedangkan untuk dua lokal ruang kelas lainnya belum tersentuh sama sekali.
Baca juga: Belum Ada Jalan Darat ke Pusat Kabupaten, Warga Ambalau Andalkan Sungai
“Tahapan gotong royong tersebut dilakukan dengan mulai menebang kayu. Lalu mengolah kayu untuk berbagai jenis material. Sampai mengangkutnya dan memasang lantai, dinding, reng, dan memperbaiki bagian yang rusak,” kata Kornelius Ngawan.
Sekolah Rusak di Sintang
Sebelum gotong royong itu, Camat Ambalau juga sudah meninjau kondisi gedung sekolah. Dari kunjungan itu tercatat kerusakan lantai sekitar 60 persen. Kondisi dinding, pintu, dan jendela jebol.
“Hanya satu lokal yang bisa dipakai selama dua tahun lebih setelah rusak karena banjir. Harus bergantian untuk enam rombongan belajar (rombel) di situ,” tutur Kornelius Ngawan.
Baca juga: Tugu Perdamaian Kerajaan Hulu Aik, Tempat Sakral Penghindar Bala
Pemerintah kecamatan menggandeng masyarakat setempat, pemerintah desa Korong Daso, Badan Permusyaratan Desa (BPD), Komite Sekolah, dan para guru, untuk melakukan perbaikan. Apalagi pada Juli, tahun ajaran baru mulai berlangsung.
“Meskipun bermodal hanya Rp. 3.500.000 saja, kami mulai. Dana ini dari donasi tiga orang,” sambung Kornelius Ngawan.
Dari gerakan itu, donasi lain mengalir. Warga yang bekerja tidak mendapat upah. Namun tersedia makanan dan minuman untuk mereka alakadarnya. Selain gedung sekolah, Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Korong Doso juga rusak sekitar 50 persen. Fasilitas kesehatan itu tidak berfungsi, sehingga jika ada orang sakit atau melahirkan, warga harus membawanya ke Desa Kemangai.
Baca juga: Gelar Macan Singa Pati Layang untuk Ketua DAD Parindu
Kepala Desa Korong Doso, Teodatus, menyebut, untuk perbaikan sekolah, mereka memerlukan 354 keping papan dan 268 batang reng. Selain donasi sebesar Rp 3,5 juta, pemerintah desa bersama warga secara sukarela menyumbang untuk keperluan makan minum peserta gotong royong.
Ada 45 warga yang menjadi tukang pikul material dari hutan ke desa. Sebanyak 20 ibu-ibu turun tangan mengurus konsumsi. Warga yang menyumbangkan tenaga sebagai tukang sebanyak 15 orang. (RED)
Leave a Reply