Arsip

Tugu Jam Sekadau Dibongkar, Begini Sejarahnya

Tugu Jam Sekadau
Tuju Jam Sekadau, sebelum pembongkaran. Foto: Tarjan Sofian/ruai.tv
Advertisement

PONTIANAK, RUAI.TV – Tugu Jam Sekadau yang baru-baru ini dibongkar, memantik pro dan kontra di tengah masyarakat. Tugu jam Sekadau berada di Pasar Sekadau di wilayah Kecamatan Sekadau Hilir.
Tugu ini memiliki nilai historis untuk daerah berjuluk Bumi Lawang Kuari itu. Ada nilai sejarah terkait jasa-jasa pendiri kabupaten di masa lalu.

Pembongkarannya mengkhawatirkan lenyapnya nilai-nilai kesejarahan itu. Perbincangan mengenai pembongkaran ini pun hangat di tengah masyarakat.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Sekadau, membongkar tugu ini untuk alasan relokasi. Alasannya, selama ini Tugu Jam tersebut kumuh dan jam yang ada di sana sudah tak berfungsi.

Advertisement

Baca juga: Di Tepian Kapuas Pontianak, Menikmati Tarian Melayu

Setelah pembongkaran, pemerintah kabupaten akan membangunnya kembali dengan anggaran dari APBD sebesar Rp 178 juta. Bentuknya pun tetap mempertahankan aslinya sehingga nilai sejarahnya tetap ada.

Apa nilai historis Tugu Jam Sekadau? Perbincangan ini mengemuka dalam obrolan sejumlah tokoh Kabupaten Sekadau, Minggu (24/07/2022) di Kota Pontianak.

Sejarah Tugu Jam Sekadau

Tugu ini berdiri pada 1988, muncul dari ide Umar Djafar, abang kandung Gubernur Kalimantan barat kala itu, Usman Djafar. Sponsor pembangunannya Pak Oka, bos PT. Golek dan pengerjaannya secara swadaya.

PT. Golek merupakan perusahaan kayu tengkawang yang operasionalnya saat itu secarsa manual. Bentuk tugunya sendiri unik, menyerupai batang pohon Tengkawang.

Di atas tugu, sedianya ada bentuk buah tengkawang. Ketua Umum Pemekaran Kabupaten Sekadau, Muhammad Ali Daud, mengatakan, saat tugu itu berdiri, tidak ada arsitek yang bisa menggambar buah tengkawang.

Baca juga: Rp 10 M Uang Negara Terselamatkan dari Kasus di Kalbar

Akhirnya, hanya ada bentuk batangnya saja. Kemudian, pada bagian batangnya, terpasang jam sebagai penanda waktu.

Alasan tugu berbentuk batang Tengkawang agar generasi saat ini bisa mengenal bentuk dan rupa batang pohon ini. Sebab, pohon ini memiliki nilai ekonomis dan khas daerah.

Di samping untuk mengenalkan pohon tengkawang, tugu ini menjadi penanda pertemuan.
Selain untuk mengenal batang Tengkawang kepada generasi penerus, tugu tersebut juga sebagai penanda jika ada pertemuan.

Baca juga: 4 Kasus Korupsi Bergulir di Kejari Sekadau

“Jadi jika mau ketemu, titiknya di Tugu Jam,” kata Muhammad Ali Daud.

Dia menyayangkan adanya pembongkaran Tugu Jam yang telah terjadi. Sebab, tidak melalui sosialisasi dan melibatkan masyarakat. Akibatnya, muncul pro dan kontra di tengah masyarakat.

 Tugu Jam yang Baru

Mantan anggota DPRD Kalbar asal Sekadau, Mulyadi Yamin, menuturkan, tidak ada salahnya pembangunan yang berlangsung selama ini. Hanya saja, alangkah baiknya, jika pemerintah kabupaten selalu melibatkan masyarakat.

“Terlebih di kawasan Tugu Jam saat ini, jalannya juga sudah sempit seiring pertumbuhan penduduk. Hanya saja pembangunan harus melibatkan masyarakat,” ujar Mulyadi Yamin.

Baca juga: Petani Sanggau Bikin Pestisida Nabati, Ini Bahannya

tugu jam sekadau
Tokoh Sekadau di Pontianak berpose setelah diskusi Tugu Jam. Foto: Tarjan Sofian/ruai.tv

Dia menyontohkan Kota Pontianak dengan Tugu Khatulistiwa. Mulyadi Yamin menyebut, pembangunan tidak perlu merusak yang sudah ada. Seperti pembangunan Tugu Khatulistiwa di Pontianak, cukup dikarungi tanpa merusak, apalagi mengusur.

“Bagi orang Sekadau tugu itu bisa menjadi kenangan dari pendahulu,” tuturnya.

Contoh lain, Tugu 45 atau Tugu Pancasila di kawasan Pasar Flamboyan memiliki nilai sejarah kemerdekaan Indonesia. Tugu ini berdiri pad 1945, dan pernah akan digusur untuk pembangunan Pasar Flamboyan. Namun tokoh masyarakat mencegahnya, karena memiliki nilai sejarah.

Baca juga: Sering Kecelakaan, Ini Titik-titik Rawan di Parindu

Bendahara Umum Pemekaran Kabupaten Sekadau, W.T Arsyad, meminta agar pemerintah kabupaten mengusulkan beberapa situs di Sekadau menjadi situs sejarah.

Di antaranya, seperti Rumah Kaca, Tugu 45, Gedung Bioskop, yang berada di kawasan Pasar Sekadau. Juga ada Masjid Jami’ At-Taqwa di Desa Mungguk, yang merupakan peninggalan Kerajaan Sekadau.

Untuk pembangunan Tugu Jam yang baru, para tokoh menyarankan agar setiap ornamen punya nilai folosofis. Kemudian, karena Tugu Jam lama sudah tergusur, bangunan baru sebaiknya punya ornamen buah tengkawang, sebagaimana keinginan para pendahulu. (TS/RED)

Advertisement