SEKADAU, RUAI.TV – Permainan sumpit dan pangkak gasing sebagai bentuk olahraga tradisional, menjadi bagian rangkaian Keling Kumang Festival. Panitia berupaya mendorong generasi muda agar tetap mencintai warisan budaya lokal.
Keling Kumang Festival merupakan bagian perayaan ulang tahun Credit Union (CU) Keling Kumang yang ke-30. Pelaksanaannya selama tiga hari dalam rentang 23-25 Maret 2023 di Taman Kelempiau.
Taman Kelempiau berada di Desa Tapang Sambas, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau. Ini merupakan kali pertama festival ini digelar, dan rencananya akan menjadi agenda tahunan.
Baca juga: Ritual Bekumai Betingkau Awali Keling Kumang Festival
Selain permainan tradisi, panitia menyelenggarakan pameran kerajinan tangan, lomba kuliner pansoh, tari kreasi, lagu Dayak, dan kontestasi Bujang Keling-Dara Kumang.
Untuk perlombaan permainan tradisional, panitia membaginya dalam beberapa kategori. Perlombaan sumpit dengan ketegori putra dan putri. Sementara pangkak gasing, hanya untuk peserta putra.
Sumpit sejatinya merupakan senjata berburu bagi orang Dayak. Di masa lalu, sumpit menjadi andalan untuk menangkap binatang buruan ukuran kecil.
Baca juga: Keling Kumang Festival Panggungkan Permainan Tradisional
Dalam perkembangannya, senjata tradisional ini menjadi alat olahraga tradisi. Peserta mendapatkan poin jika anak panah yang ditiupkan tepat menghujam sasaran tembak.
Sedangkan pangkak gasing, umumnya merupakan permainan menjelang panen padi. Permainan gasing berkembang menjadi permainan tradisional.
Pemain memutar gasing menggunakan sehelai tali, dan lawannya mengeker untuk membentur gasing yang sedang berputar dengan gasingnya sendiri.
Baca juga: Jembatan Kayu Berusia 14 Tahun di Desa Ini Makin Lapuk
Pemain memperoleh poin jika gasing saling beradu, dan satu di antara kedua gasing mampu bertahan dalam putaran lebih lama. Peserta beradu ketangkasan dalam permainan ini.
Permainan Tradisional
Koordinator Perlombaan pada Keling Kumang Festival, Subertus, mengatakan, permainan tradisi memberikan kesempatan pada kaum muda menyalurkan hobinya. Selain itu, lomba ini menjadi upaya menggali potensi anak muda dalam mencintai tradisi warisan leluhur.
“Kita hidupkan permainan tradisional melalui festival ini, agar semakin banyak kawula muda yang menemukan penyaluran hobinya,” ujar Subertus.
Baca juga: 120 UMKM di Pontianak Punya Galeri di Pasar Flamboyan
Pansoh sebagai kuliner tradisional juga cukup menantang. Prosesnya memerlukan banyak bahan dari alam, seperti buluh bambu sebagai media tanak.
Dalam prosesnya, bahan-bahan masakan yang sudah berbalur bumbu, dimasukkan ke dalam bambu. Berikutnya, peserta menanak bambu itu di atas bara api. Keterampilan teruji dengan memastikan pansoh matang secara sempurna. (RED)
Leave a Reply