PONTIANAK, RUAI.TV – AKIM. Singkat sekali namanya. Dan hanya nama itu yang tertulis dalam surat-surat dinas. Ternyata dia punya nama baptis Alexius. Jadi jika ditulis lengkap: Alexius Akim.
“Maklumlah, jaman dulu kan orang hanya nulis nama panggilan di sekolah. Jadi pas ijazah terbit, nama saya yang ditulis hanya Akim,” kenang pria berkumis ini sambil tertawa, saat berbincang dengan ruai.tv, Senin (20/03/2023).
Akim memulai karirnya sebagai guru honor, kemudian menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Sintang. Latar belakangnya adalah pendidikan matematika. Bergelut dengan angka dan rumus, mengajarkan anak-anak berhitung.
Baca juga: Alexius Akim Soroti Maraknya Tindakan Intoleransi
Dan seperti biasa, murid-murid kerap memanggilnya dengan sapaan “Pak Matematika”. Umum berlaku di sekolah-sekolah masa itu, memanggil guru dengan tambahan nama mata pelajaran. Ada Bu IPS, Pak IPA, Pak Kesenian, dan macam-macam.
“Pada akhirnya, matematika tak terbatas pada hitungan angka dan rumus. Hidup manusia sesungguhnya adalah metematika itu sendiri. Matematika kehidupan,” mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar ini mulai berfilosopi.
Bagi Akim, hidup manusia tak lepas dari hitung-hitungan. Hanya saja, perhitungan kehidupan tidak seperti ilmu pasti yang serba bisa ditebak. Sering, kehidupan berjalan di luar rel yang direncanakan.
Baca juga: Kepala Daerah se-Kalbar dan Aparat Hukum Teken Dokumen Ini, Ada Apa Gerangan?
Menjadi kepala dinas di level kabupaten, tak pernah terbayangkan. Cita-citanya kala itu hanya ingin menjadi kepala sekolah. Sampai pada akhirnya, “matematika kehidupan” itu tergenapi. Akim meraih jenjang itu di tahun ke-10 menjadi PNS, mendapat amanah sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang.
Mengurus Pendidikan Kalbar
Karirnya di birokrasi terus menanjak. Dari Sintang, dia melompat ke provinsi, menjadi Kepala Dinas Pendidikan Prov Kalbar selama 10 tahun. Barulah setelah selesai dari jabatan itu, dia pun mencapai usia pensiun.
Tak seperti umumnya pensiunan yang ingin bersantai menikmati sisa umur, Akim masih menyimpan visi yang harus dia perjuangkan. Visi ini yang membuat dia memutuskan terjun dalam pusaran politik.
Apa hubungan matematika dengan politik? Akim menemukannya setelah pensiun dari PNS dan terjun ke dunia politik.
Baca juga: Seram! PAUD di Desa Ini Dekat Kuburan
Di awal memasuki politik, PDI-P menjadi pelabuhan perdana. Tak tanggung-tanggung, dia langsung mencalonkan diri untuk merebut kursi di Senayan, alias DPR RI. Pemilu 2019 menjadi laga tempur pedana bagi Pak Matematika ini.
Hasilnya? Mungkin masih sesuai hitungan. Dia lolos mendapatkan satu kursi di Senayan. Pembekalan bagi caleg terpilih oleh partai pun telah dia ikuti.
Namun tiba-tiba, “matematika kehidupan” berbicara lain. Nama Akim dicoret oleh pengurus pusat partai. Akim pun terdepak dan harus merelakan kursi yang dia raih jatuh ke tangan orang lain.
Baca juga: Lantai dan Plafon Ruang Kelas SDN Ini Bikin Prihatin
Apa pasal? Peraih gelar doktor dari Universitas Persada Indonesia (UPI) Jakarta ini enggan mengungkapkannya. Dan dia pun berfilosopi lagi: “Tak semua soal metematika itu harus bisa terpecahkan.”
Ketua PSI Kalbar
Dia pun banting setir. Dari PDI-P, pelabuhan partai beralih ke PSI. Jabatannya cukup mentereng di parpol ini, menjadi Ketua DPW PSI Kalbar. Dengan begitu, dia punya tongkat komando atau kendali untuk seluruh DPD dan DPC, bahkan tingkat ranting (DPRt).
Matematika apa lagi ini? Dengan senyum dikulum, Akim menyebut, lebih baik membahas kesenian. Matematika tak harus kaku seperti rumus, tapi juga bisa lentur seperti seni.
Maka dia pun menunjukkan sebuah video klip, yang dia bintangi sendiri. Dia rupanya punya bakat di dunia tarik suara. Pilihannya jatuh pada lagu tradisional dari Jambi berjudul “Injit-injit Semut.”
Baca juga: Desa Mandiri, Motor Trail, dan Target Kades
Video klip itu sebagian menjadikan trotoar di Kota Pontianak sebagai latar. Akim berlakon sedang menyusuri trotoar itu sambil berdendang dengan gayanya yang khas.
Sesekali, frame menampakkan dia duduk di pinggir jalan sambil memetik gitar. Wah, benaran bisa main gitar?
“Ya, bisalah sedikit-sedikit,” ucap penggemar batu akik warna merah ini.
Musik untuk lagu itu, dia kerjakan sendiri. Suara drum dia buat dari keyborad, begitu juga untuk rhytm. Suara gitar dia hasilkan dari petikan sendiri. Seorang teman membantu mengolahnya menjadi musik utuh, dan dia tinggal menyanyi. Dia menggubah liriknya dengan pantun yang dia ciptakan sendiri.
Baca juga: Pemilu Setahun Lagi, Pemilih Pemula Mulai Edukasi Politik
Akim memang ingin menjadi sosok penuh warna. Karena itu, segala keterampilan yang dia anggap berguna, akan dia lakukan. Tak hanya pidato seperti masa-masa bekerja sebagai birokrat. Tetapi juga menyanyi di kala santai ataupun untuk acara semi formal hingga formal.
“Guru matematika, penyanyi, pengusaha, politisi, mungkin memang sudah menjadi warna kehidupan saya,” ucapnya yakin.
Pada Pemilu 2024 mendatang, Akim pun tegap menapaki pelabuhan barunya sebagai kader PSI, untuk meraih kembali kursi di Senayan. Apa hitung-hitungannya? Akim hanya tersenyum, sambil mendendangkan lagu asal Jambi itu. (*)
Leave a Reply