Oleh: Erik Sulidra
Animal & Habitat Protection, Yayasan Palung
BAGI sebagian orang, hutan hanyalah hamparan lahan yang cukup luas dan didalamnya terdapat pepohonan serta hewan-hewan liar. Hutan adalah tempat pohon-pohon yang dapat ditebang untuk keperluan manusia. Hutan menyediakan hewan-hewan yang dapat diburu untuk konsumsi atau sekedar hobi.
Atau, hutan hanyalah lahan tak berpenghuni yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Hal ini tentunya tidak terlalu benar, karena hanya memikirkan tindakan eksploitatif. Apabila ini dibiarkan terus menerus, generasi mendatang tidak akan memiliki hutan lagi.
Kita perlu berkaca kepada beberapa masyarakat tradisional yang bermukim di sekitar hutan. Dari Mereka ada yang dengan bijak memanfaatkan alam di sekitarnya, terutama hutan. Karena hutan adalah sumber hidup mereka (sebenarnya hutan adalah penopang hidup manusia), sehingga pola-pola pemanfaatan hutan dikembangkan secara berkelanjutan, agar hutan tetap lestari dan anak cucu mereka masih terus dapat menikmati manfaat hutan tersebut.
Untuk memanfaatkan hutan secara bijak, kita harus memahami bagaimana hutan tersebut. Bagaimana hutan tumbuh? Apa saja isi di dalam hutan? Bagaimana saling keterikatan mahluk-mahluk yang ada di dalam hutan tersebut?. Sehingga tidak ada satu bagian yang terlalu tidak seimbang di dalam interaksi kompleks unsur-unsur penyusun hutan.
Pohon-pohon buah akan mengeluarkan nektarnya ketika masa penyerbukan tiba. Disinilah dimulai rantai penyebaran benih-benih pohon yang menjadi penopang utama ekosistem di hutan. Nektar ini akan memancing kupu-kupu, lebah, maupun burung untuk datang bagi pohon yang penyerbukannya dibantu oleh hewan.
Ketika penyerbukan berlangsung dengan sukses, pohon-pohon akan menghasilkan benih (biji) yang akan dibungkus dengan banyak nutrisi, yang kita kenal dengan sebutan buah. Inilah tahap kedua dari rantai itu. Didorong oleh naluri bertahan hidup, hewan-hewan pemakan buah akan mengambil buah yang masak dari pohon induk dan memakannya.
Beberapa hewan memiliki sistem pencernaan yang unik, sehingga ketika terjadi proses pencernaan di dalam usus mereka, biji (benih) dari pohon tersebut tidak rusak, zat kimia di dalam usus mereka akan membantu proses perkecambahan lebih cepat dari biji tersebut. Inilah tahap ketiga dari rantai itu.
Setelah memakan buah Kemudian satwa (misalnya orangutan dan burung enggang) berpindah jauh dari pohon induk buah tersebut, dan melakukan defikasi (buang kotoran). Biji/benih yang ikut keluar dari proses pencernaan hewan akan tersebar jauh dari pohon induknya, kemudian berkembang untuk menjadi pohon baru dan mengisi relung-relung hutan di sepanjang perjalanan satwa tersebut. Inilah tahap ke empat dari rantai itu, dan dari proses ini hutan akan terus meregenerasi dirinya sendiri.
Satwa mengambil fungsi penting dalam keberlangsungan hutan. Selain sebagai pemencar benih, beberapa satwa juga dapat menjadi bioindikator terhadap kesehatan sebuah kawasan hutan. Misalnya saja kehadiran jenis katak tertentu dapat menjadi indikator bahwa air sungai di dalam hutan tersebut belum tercemar. Atau kehadiran burung Ruai (Kuwau Raja) dan jenis sempidan menandakan bahwa hutan tersebut masih bagus, karena burung-burung ini sangat sensitif terhadap perubahan hutan.
Kehadiran raptor (burung pemangsa) menandakan kawasan hutan tersebut cukup memiliki jenis vertebrata kecil sebagai buruannya, dan masih banyak lagi.
Hutan hujan tropis di Kalimantan memang menjadi salah satu gudang biodiversitas terbaik di dunia, namun tanah di hutan ini sangat tidak subur (lapisan humus sangat tipis). Hal ini mengakibatkan persaingan mendapatkan unsur hara sangat ketat. Ekologi di pulau yang sangat kaya namun rentan ini dan peranannya bagi kehidupan masyarakat setempat perlu sekali dipahami, sehingga pembangunan dapat direncanakan dengan cara yang masuk akal dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (Mckinnon Kathy et all. The Ecology of Kalimantan, 2000).
Hutan mampu menopang kehidupannya sendiri, yang mereka butuhkan hanyalah air dan sinar matahari, Kebutuhan lain khususnya nutrisi didapat dari metode daur ulang yang efektif. Artinya, tanpa kehadiran manusia pun hutan pasti akan tetap ada. Justru kita manusia lah yang sangat memerlukan hutan sebagai penyokong kehidupan. (***)
Foto-foto hutan desa oleh Erik Sulidra.
Leave a Reply