Arsip

Mahasiswi Australia Ini Ingin Menikah dengan Adat Dayak Taman

cewek australia
Mahasiswi Australia bersama masyarakat Dayak Taman Kapuas. Foto: IST/ruai.tv
Advertisement

KAPUAS HULU, RUAI TV – Seorang mahasiswi program doctoral dari Australia, melakukan penelitian di Desa Sayut, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Selama enam bulan, bule bernama Mia Dunphy ini melakukan penelitian di sana.

Dia merupakan mahasiswa dari Unibersity of Melbourne. Penelitiannya mengenai perdagangan dan pemanenan sarang burung wallet, baik yang di gua alami maupun di rumah wallet.

Dalam perjalanannya menyelami kehidupan masyarakat local, dia pun mulai mengenal adat dan tradisi Dayak Taman Kapuas.

Advertisement

“Desa Sayut saya pilih (sebagai lokasi penelitian) karena orang-orangnya memiliki sejarah itu, yaitu masih bekerja di gua alami sampai sekarang,” kata Mia Dunphy, Jumat (27/01/2023).

Baca juga: 2,7 Ton Per Hektare, Peningkatan Panen Padi dengan Bantuan CMI – ADV

Selain mendalami mengenai pengelolaan sarang walet, dia sangat menyukai kebudayaan local. Dia menemukan, warga Dayak Taman Kapuas di desa itu masih kuat memegang adat dan tradisi, tak tergerus zaman. Tak hanya itu, dia terkesan dengan keramah tamahan masyarakat di Desa Sayut.

“Desa Sayut adalah luar biasa, saya merasa disambut sejak hari pertama saya tiba di sini, setiap hari orang-orang mengundang saya untuk datang ke rumah mereka,” tutur mahasiswi kelahiran Dorroughby, New South Wales ini.

Dia terkesan karena hampir setiap hari anak-anak desa bermain dengannya. Dia pun segera merasa betah tinggal di desa itu.

“Saya tidak pernah merasa disambut seperti di Sayut. Semua orang di sini adalah keluarga saya. Nah di sinilah saya sangat jatuh hati,” ucap dia.

 

Baca juga: Semua Data Kependudukan Tersedia di HP, Begini Caranya

cewek australia
Mahasiswi Australia bersama masyarakat Dayak Taman Kapuas. Foto: IST/ruai.tv

Karena kedekatan, warga desa memberi nama “Samagat” untuk dia. Suatu pemberian yang menyimbolkan status sosial tertinggi dalam adat setempat.

“Mereka memberiku nama Kasien,” sambung Mia.

Setelah menyelesaikan penelitian, dia berjanji hendak berkunjung kembali ke desa ini. Juga, jika kelak menikah, dia ingin menggunakan Adat Perkawinan Suku Dayak Taman Kapuas.

“Rasanya saya tidak mau pulang dari disini, karena saya punya banyak kenangan yang tidak terlupakan,” ucap Mia.

Baca juga: 100 Orang Asing dalam Pengawasan Imigrasi Sanggau

Selama berinteraksi dengan warga Desa Sayut, Mia tenggelam dalam keseharian warga. Ikut ke lading, hadir di upacara kematian, ikut acara adat dan perkawinan.

“Saya akan meceritakan hal ini kepada teman dan semua orang akan kebaikan mereka. Sejak saya tinggal di Sayut, saya coba belajar bahasa Taman. Saya sudah tahu beberapa kata-kata dan orang Sayut sangat suka ketika saya bisa bahasa Dayak Taman,” kata Mia.

Dia menyebut, belajar bahasa lokal sangat penting.  Apalagi dia sudah merasa menjadi bagian dari komunitas masyarakat ini.

Kepala Adat Desa Sayut, Abdias Suligantingan Nyokan, mengatakan, Mia telah menunjukkan sikap sangat baik sejak pertama kali menginjakan kaki di Desa Sayut. Dia pun segera mampu beradaptasi dengan cepat serta membaur dengan masyarakat.

Baca juga: Kades Jabat 9 Tahun, Ini Kata Legislator Sintang Rudy Andryas

“Kasien (Mia) sangat ramah. Ke manapun dan siapa pun yang bertemu dengannya ia sapa. Terlebih dia sangat fasih berbahasa Indonesia dan sudah beberapa suku kata Dayak Taman ia ketahui. Itu mempermuda ia untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan kami,” kata dia.

Dia pun menilai, Kasien bukanlah “orang lain” bagi mereka. Bahkan sudah dia anggap keluarga sendiri dan menjadi bagian dari komunitas setempat. (TS/RED)

Advertisement