Arsip

Pelapor Khusus PBB Tersentuh Kisah Masyarakat Adat di Papua, NTT, dan Bogor: Perjalanan Ini Membuka Mata Saya

Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak-Hak Masyarakat Adat, Albert K. Barume. (Foto/ruai.tv)
Advertisement

BOGOR, RUAI.TV – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak-Hak Masyarakat Adat, Albert K. Barume, mengakhiri lawatan pentingnya ke Indonesia dengan membawa suara-suara masyarakat adat yang selama ini luput dari perhatian dunia.

Dalam kunjungannya ke Jayapura (Papua), Manggarai (Nusa Tenggara Timur), dan Bogor (Jawa Barat), Barume mendengarkan langsung berbagai keluhan tentang perampasan hutan adat, dugaan pelanggaran hak asasi manusia, hingga kriminalisasi terhadap masyarakat adat.

“Saya sangat tersentuh. Ini bukan sekadar perjalanan biasa, tapi sebuah pengalaman yang membuka mata saya tentang betapa pentingnya tanah bagi masyarakat adat Indonesia,” kata Barume kepada ruai.tv, di Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/7/2025).

Advertisement

Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada berbagai organisasi masyarakat sipil, khususnya AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), yang telah memfasilitasi pertemuan dengan komunitas adat di berbagai wilayah.

Pertemuan-pertemuan ini menjadi kesempatan langka baginya untuk mendengar langsung cerita dari masyarakat di tempat tinggal mereka sendiri, bukan dari balik meja pertemuan di ibu kota.

“Saya mendengar kisah mereka. Tentang bagaimana hutan mereka dirampas, bagaimana mereka dikriminalisasi saat memperjuangkan tanah leluhur, dan bagaimana identitas mereka dipertaruhkan. Itu menyentuh hati saya,” ungkap Barume.

Barume menegaskan, kunjungannya ini bukan sekadar mendengar, tapi juga bagian dari mandatnya sebagai pelapor khusus untuk membawa laporan kondisi hak-hak masyarakat adat ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Papua, Manggarai, Bogor: Suara yang Sama, Luka yang Serupa

Di Papua, Barume bertemu dengan perwakilan masyarakat adat yang mengeluhkan pengambilalihan hutan adat oleh korporasi, proyek infrastruktur besar, dan tekanan dari aparat keamanan.

Sementara di Manggarai, NTT, komunitas adat menyampaikan keresahan serupa terkait eksploitasi tanah ulayat dan proyek pertambangan yang mengabaikan hak-hak mereka.

Di Bogor, ia berdialog dengan komunitas urban adat yang terus berjuang mempertahankan eksistensi di tengah pembangunan yang makin masif.

“Di setiap tempat, saya melihat hal yang sama masyarakat yang masih menggantungkan hidup pada tanah leluhur, namun justru terpinggirkan oleh pembangunan,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia adalah negara yang sangat penting dalam diskursus global tentang masyarakat adat. Namun besarnya tantangan yang dihadapi komunitas adat di Indonesia juga menunjukkan perlunya tindakan nyata dan komitmen politik dari pemerintah.

Penghargaan untuk Tim dan Media

Barume mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam perjalanannya di Indonesia. Ia menyebut dukungan logistik, penerjemah, serta peliputan media sebagai elemen penting yang memungkinkan perjalanan ini berlangsung sukses.

“Tanpa penerjemah, saya tidak akan memahami apa pun. Tanpa dukungan organisasi lokal, saya tidak akan bisa melihat wajah asli dari perjuangan masyarakat adat. Saya sangat berterima kasih,” ucap Barume.

Barume akan membawa hasil dari kunjungannya ini ke laporan resmi PBB dan menjadikannya bagian dari advokasi global untuk perlindungan masyarakat adat. Ia juga menyatakan komitmennya untuk terus mengawal isu ini dalam forum internasional.

“Ini bukan akhir dari perjalanan, tapi awal dari perjuangan global untuk keadilan bagi masyarakat adat di Indonesia.”

Advertisement