PONTIANAK, RUAI.TV – Komunitas Dayak di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, menggelar Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37. PGD bertempat di Rumah Radakng–replika rumah panjang Dayak–beralamat di Jl Sutan Syahrir, Kota Pontianak.
Gawai merupakan acara tahunan bagi setiap komunitas Dayak, untuk merayakan panenan ladang. Ini menjadi bagian dari ritual adat sebagai wujud syukur untuk hasil usaha pertanian.
Setiap sub etnik Dayak, memiliki sebutan yang berbeda untuk menyebut Gawai, sesuai lafal bahasa daerah masing-masing.
Baca juga: Hutan Lindung dan Tanah Adat 6 Desa Masuk Konsesi Perusahaan
PGD di Kota Pontianak berlangsung dalam rentang 16-23 Mei 2023. Pembukaannya dengan misa syukur yang dipersembahkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus.
Kemudian ritual “ngampar bide” berlangsung pada Jumat (19/05/2023) di kompleks Rumah Radakng. Ritual ini sebagai bentuk pemberitahuan kepada roh leluhur mengenai adanya gawe besar.
Ngampar bise secara harafiah berarti “menggelar tikar”. Menandai suatu acara akan segera mulai dengan segala kelengkapannya.
Baca juga: Calon Lebih dari 5, Kandidat Kades di Ketapang Disaring Tes Tertulis
Gawai Dayak Pontianak
Selain menjalani ritual-ritual, event ini menyediakan berbagai pameran produk lokal, dan perlombaan tradisional. Perlombaan itu seperti pangka gasing, menumbuk padi, menyanyi lagu Dayak, untuk menyebut beberapa.
Pelaksanaan PGD di bawah koordinasi Sekretarian Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda). Dan kegiatan ini terbuka untuk masyarakat umum.
“PGD ajang kompetisi yang baik, yang sehat, untuk memajukan kebudayaan Dayak. Bagi kaum muda, ini kesempatan untuk mempelajari dan semakin mencintai kebudayaan Dayak,” kata Ketua Sekberkesda Kalbar, Eugene Yohanes Palausoeka.
Baca juga: 638 Jamaah Calon Haji Pontianak Bersiap ke Tanah Suci
Umumnya setiap tahun, setiap sub etnik Dayak mendapat giliran sebagai tuan rumah PGD. Tahun ini, sub etnik Dayak Keninjal dari Kabupaten Melawi berkesempatan menjadi tuan rumah.
Karenanya tarian penyambutan, upacara adat, seluruh ornamen, dan busana panitia, termasuk lomba lagu daerah, menggunakan ciri khas Dayak Keninjal.
Karnaval budaya Dayak atau display budaya juga bercorak multi-etnis. Selain kontingen Dayak, karnaval mengikutsertakan komunitas etnis lain.
Baca juga: Jembatan Garuda di Pontianak, Sistem Tol Berbayar
Ada kontingen dari Raja Mempawah, Kesultanan Pontianak, Majelis Adat Budaya Melayu, Tionghoa hingga Madura. Panitia menginginkan PGD menjadi simbol persatuan dalam keberagaman masyarakat Kalbar.
Sebuah senimar nasional juga melengkapi event ini. Seminar bertema “tanah dan hutan adat dayak, kini dan masa depan”, dengan pembicara nasional dan lokal, memberi pemahaman mengenai posisi masyarakat adat di tengah hukum negara, dalam mengelola lahan. (RED)
Leave a Reply