KAPUAS HULU, RUAI.TV – Tiga anak perempuan berjalan tergesa-gesa menuju Sao Mamasa, sebuah tempat membaca sederhana di dusun mereka, Nanga Sungai, Kecamatan Embaloh Hulu, Kapuas Hulu. Dengan kembang warna-warni selesai misa, mereka membawa buku-buku yang dipinjam beberapa hari lalu.
Satu di antara mereka bernama Gesia (7), yang bersama dua temannya sering menghabiskan waktu di Sao Mamasa setiap Minggu. Di kampung mereka belum ada listrik, tidak ada televisi, sehingga buku menjadi pengisi waktu libur.
“Jika ada jadwal misa, kami akan misa dulu di gedung serba guna, baru kembalikan buku,” ucap Gesia dengan rona malu-malu, Minggu (28/2/2021).
Baca juga: Belajar Lingkungan Sambil Bermain, Bayar Pengobatan Dengan Bibit
Dusun Nanga Sungai belum memiliki gedung Gereja Katolik. Sudah beberapa tahun ini bangunan itu sedang dalam proses pengerjaan. Misa juga tidak dilakukan tiap pekan, menyesuaikan jadwal pastor yang harus melayani beberapa stasi secara bergantian.
Bagi Gesia dan teman-temannya, hari Minggu di Nanga Sungai bisa diisi dengan beragam aktivitas. Mereka bisa bermain dan belajar, atau membantu orangtua bekerja.
Ketika sudah merasa cukup bermain di Sao Mamasa mereka akan berpamitan pulang. Tentu saja membawa satu atau dua buku pinjaman.
Baca juga: Ini Lho, Beda Kera dengan Monyet
Sao Mamasa dari bahasa Tamambaloh yang artinya “rumah membaca”. Claudia Liberani, pemudi setempat yang telah meluluskan kuliah dan sempat bekerja di kota, memutuskan pulang kampung dan memulai karya kecil ini.
Buku-buku koleksi Sao Mamasa, selain koleksi Claudia sendiri, merupakan sumbangan para dermawan dari berbagai tempat. Tak hanya membiasakan anak-anak dusun membaca, sesekali Claudia mengajak mereka bermain bersama. (*/SVE)
Leave a Reply