SINTANG, RUAI.TV – Tidak memadainya akses transportasi dari kota Sintang menuju wilayah Kecamatan Ambalau sangat menyulitkan aktivitas masyarakat. Camat Ambalau, Mikhael Wiwinardi, mengakui kondisi ini dalam perbicangan dengan redaksi ruai.tv, Rabu (08/03/2023) sore.
Dia menyebut, kondisi ini diperparah jika musim kemarau. Karena masyarakat hanya bisa mengandalkan transportasi sungai untuk membawa sembako.
Baca juga: Segini Tunjangan Layak BPD, Menurut PABPDSI Sintang
Padahal jika dilihat dari letak geografis, jarak kota Sintang menuju Ambalau jika dibuat jalan darat tidak begitu jauh. Adapun jalan darat yang biasa digunakan masyarakat hanya milik sebuah perusahaan. Itupun jika musim hujan sulit dilewati.
Saat ini di Ambalau juga sudah terdapat perusahaan, satu diantaranya di sektor perkebunan. Namun, untuk membawa hasil kebun pihak perusahaan juga mengandalkan transportasi sungai.
Baca juga: 10,4 Kg Sabu di Bengkayang, Tersangka Perempuan Hingga Penghuni Rutan
Dangkalnya sungai dan derasnya arum jeram membuat transportasi air di musim kemarau terhambat yang berimbas dengan tingginya harga sembako. Tak hanya mahal, kondisi ini membuat stok sembako langka.
Bahkan, kata Camat, masyarakat di daerah ini pernah mengalami kelangkan Gas LPG selama 1 bulan. Harga LPG subsidi yang biasa dijual Rp 30 ribu per tabung naik menjadi Rp 55-65 ribu per tabung.
Baca juga: Lantai dan Plafon Ruang Kelas SDN Ini Bikin Prihatin
“Jika musim kemarau semua lumpuh karena sungai kering motor air tidak bisa lewat hanya sampai kecamatan tidak bisa ke desa, jalan tidak ada,” katanya.
Selain elpiji, masyarakat di kecamatan ini pernah kehabisan stok beras sampai satu minggu akibat tidak ada akses transportasi darat. Parahnya, ketika itu para petani pun belum musim panen padi ladang tradisional.
Baca juga: Dayak Malaysia Diundang Naik Dango Landak
Jika menggunakan jalur sungai, warga harus menguras kocek lebih dalam. Karena harga BBM yang tinggi, belum lagi jika BBM langka. Tak jarang kondisi ini membuat warga harus bermalam di perjalanan.
Selain itu, masalah di sektor kesehatan di wilayah Ambalau masih kekurangan tenaga kesehatan terlebih saat bencana COVID-19 melanda. Jauhnya pusat desa ke Puskesmas juga menjadi persoalan yang sudah lama masyarakat hadapi.
Baca juga: Naik Dango di Landak Libatkan 3 Kabupaten
Dari persoalan yang di hadapi, pada Musrenbang tahun anggran 2024 pengadaan rumah guru menjadi usulan prioritas. Sektor pendidikan, kesehatan dan Infrastruktur juga masih menjadi skala prioritas usulan masyarakat.
“Untuk di desa prioritas ya fasilitas pendidikan itu yang mendominasi kemudian fasilitas kesehatan dan infrastruktur seperti jalan. itu yang mendominasi usulan-usulan kawan-kawan ditingkat desa dan kita juga di tingkat kecamatan kemarin minta fasilitas infrastruktur menuju Serawai, cuman tidak tahu seperti apa hasilnya nanti,” ujar Camat. (TS)
Leave a Reply