PONTIANAK, RUAI.TV – Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) merayakan 100 tahun atau satu abad kehadiran mereka dalam pelayanan di Indonesia. Misa syukur digelar Sabtu (13/03/2021) di St Yoseph Katedral Pontianak dan disiarkan channel You Tube Komsos Keuskupan Agung Pontianak.
Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus dalam kotbahnya sempat mengenang masa pendidikan SMP dan SMA-nya dan kehidupan di asrama. Para Bruder MTB memiliki karya yang fokus pada pendidikan maupun pengelolaan asrama pelajar.
Uskup Agustinus terkesan dengan seorang Bruder Belanda. Namanya Br Sarto, guru bahasa Inggris dan olahraga.
Baca juga: Walikota Pontianak Harapkan IWAPI Jeli Gali Potensi
“Saya ingat Bruder Sarto almarhum. Siang jadi guru, malam ngobrol sama kami di asrama. Tidak ada jarak. Ketika saya ke Belanda pertama kali pada 1985, saya cari dia, karena merasa berhutang budi,” tutur Uskup Agustinus.
Uskup Agung mengapresiasi karya Kongregasi Bruder MTB yang mengarahkan pengabdian dan kasih Allah melalui tindakan nyata, seperti mengembangkan sekolah dan asrama. Sehingga ribuan orang terbantu, bisa menikmati pendidikan.
“Sebagai sesama kaum berjubah, mari kita saling mendoakan, semoga Tuhan menguatkan kita, agar mampu melayani, bukan hanya kata-kata indah tapi perbuatan nyata sehari-hari,” ucap Uskup Agustinus.
Baca juga: Gubernur Kalimantan Barat Larang Warganya ke Malaysia
Pimpinan Umum Kongregrasi MTB, Br Rafael Donatus, mengajak saudara-saudara sekomunitas, untuk bertekun dan setia dalam panggilan dan persaudaraan, dan selalu mengutamakan mereka yang miskin, lemah, dan telantar.
“Semoga semangat dan cita-cita para pendahulu, menjadi semangat dan cita-cita kita di jaman ini. Menjadi saksi kebaikan, kebenaran, keadailan, damai, kasih dan cinta,” kata Br Rafael.
Lima Misionaris Pertama
Kongregasi Bruder MTB berasal dari Negeri Belanda. Ketika di penghujung 1920, Vikaris Apostolik Borneo Belanda di Pontianak, Mgr Jan Pasificus Bos, OFM Cap, cuti ke Negeri Belanda, menyampaikan permintaan kepada Kongregrasi Bruder MTB untuk menjadi misionis di tanah misi ini.
Baca juga: Positif Covid, 69 Pekerja Migran dari Malaysia: 46 dari Kalbar, 23 dari Luar
Pada 15 Januari 1921, lima bruder sebagai misionaris pertama, berangkat meninggalkan Belanda menuju Borneo. Mereka menumpang kapal uap “Patria”, bersama Uskup Pasificus Bos, seorang pastor, dan beberapa suster.
Mereka diturunkan dari kapal ke perahu sekoci di tengah muara Singkawang, pada 10 Maret 1921, untuk mencapai Pelabuhan Singkawang. Para misionaris awal ini menemui kondisi Borneo yang begitu berbatas, berbanding terbalik dari negeri asal mereka.
Selain mulai mempersiapkan gedung sekolah, menata tempat tinggal, para misionaris awal ini mempelajari bahasa Melayu dan Tionghoa dialek hakka, agar mudah bergaul dengan masyarakat.
Satu di antara misionaris Belanda yang masih ada di Pontianak, Bruder Alexandro, MTB. Sekitar 57 tahun lalu, dia diminta oleh Dewan Agung Kongregrasi, untuk menjadi misionaris ke Indonesia.
Baca juga: GALERI FOTO: Kebun Sayur di Pedalaman Ketapang
“Akhir tahun 1963 itu, setelah berdoa dan berunding dengan ibu dan famili, saya berangkat ke Indonesia bersama Bruder Ewald dan Bruder Sarto,” tutur Br Alexandro.
Kala itu, tutur dia, sudah 14 tahun tidak ada penambahan bruder baru dari Belanda, akibat adanya konflik antar pemerintah Indonesia dengan Belanda terkait Irian Barat, yang kini bernama Papua. (SVE)
semoga kongregasi MTB semakin maju dan menjalankan visi misinya dengan penuh suka cita. sukses buat Kongregasi MTB. Selamat Ulang tahun ke 100 tahun teruslan berkarya dan bekerja di ladangnya Tuhan