ALBERTUS PANCA ESTI WIDODO
Fenomena alam benda angkasa seperti gerhana, bloodmoon dan supermoon merupakan fenomena yang tidak setiap hari. Peristiwa atau kemunculan benda angkasa sulit dilihat langsung, terutama karena jaraknya yang sangat jauh.
Satu di antara benda anglasa yang dapat dilihat langsung adalah bulan. Meski demikian melihat langsung memiliki kekurangan karena detail permukaannya sulit terlihat. Bulan sering jadi objek foto karena jarak yang relatif dekat dibanding benda angkasa lain.
Peristiwa gerhana bulan dan bloodmoon kali ini terjadi pada 26 Mei 2021. Tulisan ini sebagai berbagi pengalaman pemotretan bulan di tanggal itu, di kawasan Siantan, Pontianak Utara.
Peristiwa langka yang menurut perhitungan terjadi 150 tahun sekali ini bisa menjadi objek foto yang menarik.
Tidak seperti memotret atau merekam objek pada umumnya, merekam bulan memiliki kesulitan tersendiri.
Merekam bulan diperlukan peralatan yang memadai. Menggunakan smartphone sangat sulit karena tidak ada setting manual pada smartphone. Jika pun ada lensa pada smartphone tidak memiliki zoom yang cukup.
Diperlukan kamera yang dapat dipasangi lensa tele, seperti DSLR atau kamera miroless. Kamera yang menggunakan lensa bawaaan dapat digunakan asal lensanya paling tidak memiliki perbesaran 4 kali.
Sebagai contoh, kamera yang dipakai kali ini adalah miroless lumix dengan lensa canon 18-135mm, dengan bukaan lensa 3.5 – 5.6. Masih banyak pilihan lensa di range ini karena bukaan yang diperlukan untuk memotret bulan cukup sempit, diatas 5,6.
Karena diaghfragma yang digunakan untuk memotret bulan biasanya di atas 5,6. Penggunaan diagfragma 5,6 relatif tergantung seting kecepatan yang dipakai. Ini lebih menyesuaikan selera fotografernya.
Bukaan lensa 5.6 umumnya dimiliki lensa kit atau tele standar, tidak harus lensa premium dengan bukaan besar. Lensa canon zoom lens 75-300mm dapat digunakan.
Kemudian jika dapat gunakan converter lensa yang dapat menambah zoom lensa. Jika tidak ada manfaatkan fasilitas zoom digital atau croping sensor yang saat ini banyak dimiliki oleh kamera-kamera digital saat ini, atau nanti kita masih dapat mengcroping hasil akhirnya.
Persiapkan filter ND jika diperlukan. Filter ND digunakan saat kuantitas cahaya objek angkasa terlalu terang. Untuk merekam bulan jarang diperlukan filter ND, wajib digunakan saat hendak memotret gerhana matahari.
Hal yang wajib saat memotret bulan adalah tripod. Karena dengan penggunaan lensa di atas 100 mm akan menimbulkan getaran, apalagi ditambah perbesaran digital. Lebih bagus tripod yang kokoh atau tambah kaki tripod denga dudukan yang kokoh.
Rekam pada resolusi terbesar jika hendak dicrop. Atau jika menggunakan zoom digital periksa hasil foto tidak noise atau pecah, karena menggunakan zoom digital pada seting maksimal akan menimbulkan noise. Seting pada zoom yang masih terjaga resolusinya.
Ketika mencari objek di langit jangan langsung diposisi zoom maksimal. Setting lensa pada wide dan posisikan objek ditengah. Setelah pas posisinya kunci semua tripod dan posisi kamera, setta perlahan putar zoom ke maksimal sambil tetap memposisikan objek.
Untuk menekan tombol rana atau record dapat menggunakan remote aplikasi di smarthone. Hal ini membuat kamera tetap statis tidak goyang, karena gerakan satu milimeter saja membuat objek akan bergetar. Ibarat kata semut lewat saja bisa buat gambar goyang. Canda semut.
Nah, selain persiapan teknis di atas, yang perlu dipersipkan adalah memahami peristiwa yang akan direkam. Sebagai contoh saat peristiwa bloodmoon 26 mei 2021. Akan terlihat maksimal pada posisi sekepas senja saat posisi bulan berada tidak jauh, 30 sampai 40 derajat di atas cakrawala.
Merekam benda angkasa juga umumnya pada malam hari karena saat itu benda angkasa lebih mudah terlihat tidak kalah terang dengan sinar matahari, kecuali merekam objek matahari.
Pada posisi itu sebaiknya kita berada di bangunan tinggi sehingga tidak terhalang. Jangan lupa cek kondisi cuaca, karena jika tertutup awan tebal kita hanya bisa berdoa.
Seperti yang saya alami kali ini tidak lagi dapat momen saat bulan gerhana dan berwarna merah, karena waktu mereka yang terlalu malam.
Nah, jika semua sudah dipersiapkan matang, jangan lupa keamanan peraltan seperti tas dan bahan anti air. Karena merekam benda angkasa umumnya di tempat terbuka, serta embun pada jelang tengah malam sering turun tanpa kita sadari.
Oke, selamat mencoba menikmati malam yang cerah. Menjadi fotografer benda angkasa akan memberikan pengalaman tersendiri, serta kejadian yang mungkin langka terjadi seperti melihat UFO atau mbak kun**…:-) canda mbak kun. (*)
Leave a Reply