TORAJA UTARA, RUAI.TV – Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2023, di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, diawali dengan Ritual Adat Ma’tadoran. Ma’tadoran merupakan salah satu Tradisi Agama Leluhur “Aluk Todola” Suku Toraja yang masih bertahan hingga saat ini.
Aluk Todolo merupakan Kepercayaan asli Suku Toraja. Aluk berarti aturan atau cara hidup, sedangkan Todolo berarti nenek moyang. Dengan demikian, Aluk Todolo berarti Agama atau Kepercayaan para leluhur atau cara hidup para leluhur.
Menurut penganutnya, awal mulanya Aluk Todolo diturunkan oleh Puang Matua atau Sang Pencipta pada leluhur pertama Datu La Ukku’ yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya.
Baca juga: Tinggal Seorang, Penganut Agama Leluhur yang Bisa Pimpin Ritual Adat Ma’to’doran
Penganut agama leluhur ini memiliki kewajiban untuk menyembah dan memuliakan Puang Matua dan juga para leluhur mereka yang diwujudkan dalam berbagai sikap hidup serta ritual-ritual.
Aluk dan adat Toraja menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, memengaruhi hubungan antar-keluarga di tongkonan atau rumah adat Toraja.
Jadi, meskipun orang Toraja menganut “agama resmi”, dalam bidang budaya, sebagian dari mereka tetap menjunjung tinggi sikap hidup para leluhur.
Baca juga: PB AMAN Diskusikan Posisi Hukum Adat di Hadapan Hukum Negara
Seperti pada pelaksanaan HIMAS 2023, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PB AMAN) di Kampung Kete Kesu, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Sebelum acara dimulai, terlebih dahuliu dilaksanakan prosesi adat Ma’tadoran atau Menammu, yang dipimpin oleh Seorang Pemangku Adat Bonoran Kesu, Toraja Utara, yang bernama Dammen Sarongallo.
Prosesi Ma’tadoran merupakan ritual adat dengan mengadakan kurban persembahan satu ekor babi yang ditujukan kepada pemujaan Deata atau Dewa, yang menguasai daerah tempat mengadakan kurban persembahan tersebut.
Tujuannya, untuk memanjatkan Doa dan Puji Syukur kepada Tuhan yang maha kuasa, para Leluhur yang telah meninggal dunia, dan kepada Deata atau Dewa, agar selama kegiatan berlangsung dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Baca juga: Tana Toraja Tuan Rumah Hari Internasional Masyarakat Adat
“Jadi karena kita ada di wilayah Tongkonan Layuk, maka memiliki tanggungjawab yang besar untuk melaksanakan Prosesi Adat, terutama sebelum melaksanakan acara atau kegiatan besar,” kata Dammen Sarongallo, pemangku Adat Bonoran Kesu, melalui penerjemah.
Dammen Sarongallo merupakan satu-satunya yang masih menganut agama atau kepercayaan leluhur “Aluk Todolo” di wilayah Adat Bonoran Kesu, Toraja Utara. Hal ini dikarenakan masyarakat di wilayah tersebut sebagian besar sudah menganut agama Kristen dan Islam.
Ia berharap, keturunan atau keluarganya ada yang melanjutkan tradisi adat yang telah diwariskan para leluhurnya. (BOB/AD/RED)
Leave a Reply