KAYONG UTARA, RUAI.TV – Warga desa yang hidup di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) menerima pengetahuan mengenai perencanaan usaha atau bussines plan. Warga ini terdiri atas 27 orang yang merupakan perwakilan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di Kabupaten Kayong Utara (KKU).
Yayasan Palung (YP) bersama Fauna and Flora International (FFI) menyelanggarakan pelatihan ini di beberapa wilayah hutan desa di Kecamatan Simpang Hilir, 28 hingga 29 November 2022.
Nurmala, perwakilan Kecamatan Simpang Hilir, membukan kegiatan yang bertempat di aula pertemuan Kantor kecamatan setempat. Para peserta berasal dari KUPS di 6 Hutan Desa, yakni Padu Banjar, Pulau Kumbang, Pemangkat, Nipah Kuning, Penjalaan, dan Rantau Panjang.
Baca juga: 12 Guru di KKU Pelajari Pendidikan Konservasi
Ikut serta beberapa perwakilan pengurus Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Pulau Kumbang dan Padu Banjar.
Koordinator Program Hutan Desa YP, Hendri Gunawan, mengatakan, pelatihan ini membekali KUPS dan Bumdes di wilayah hutan desa, agar memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya perencanaan dan pengelolaan usaha. Mereka juga mendapat dorongan untuk memahami manfaat adanya perencanaan usaha.
“KUPS dan Bumdes dapat menyusun dan memahami perencanaan dan pengelolaan usaha bagi usaha yang mereka jalankan. Memahami konsep manajemn produksi dan operasi, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan kelompok,” jelas Hendri Gunawan.
Baca juga: Bupati Sintang Nonton Bola di Qatar
Sebagai unit usaha masyarakat, pengurus KUPS dan Bumdes harus memahami analisis investasi dan manajemen strategi. Termasuk, upaya untuk pengembangan kinerja kelompok.
“Forum ini sekaligus menjadi wadah bagi peserta untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan usaha,” ujar Hendri Gunawan.
Pemateri pada pelatihan ini adalah Ningrum, satu di antara Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setempat. Ningrum menjelaskan, perlunya kerangka manajemen produksi, perencanaan dan penjadwalan operasi, manajemen persediaan, manajemen mutu, dan anggaran biaya operasional.
Baca juga: Mengajar di Sekolah Terpencil, Guru di Seluas Ini Dapat Penghargaan Nasional
Dia juga berbagi pengalaman mengenai pembuatan kemasan produk, sehingga lebih menarik bagi para konsumen atau pelanggan. Umumnya, bahan baku yang tersedia di desa seperti jenis buah nanas. Bahan ini mereka olah menjadi stik dan kerupuk.
Tak sekadar berhenti di pelatihan, para peserta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL). Sehingga ke depan, kegiatan ini bisa berkelanjutan dan memberi manfaat ekonomi bagi para peserta. (*/RED)
Leave a Reply