Arsip

Ketua DPC Gerindra Sintang Soroti Lambatnya Penanganan Pasien BPJS di RSUD Soedarso

Paulina Herlina Wati (41) warga Sintang saat menjalani pemeriksaan awal dari petugas medis menunggu jadwal operasi yang dijadwalkan pada 12 Agustus 2025 mendatang. (Foto/Ist)
Advertisement

SINTANG, RUAI.TV – Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Sintang yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sintang, Sandan, melontarkan kritik keras terhadap lambannya pelayanan BPJS Kesehatan, terutama bagi pasien rujukan dari daerah.

Ia menilai sistem manajemen di RSUD dr Soedarso Pontianak perlu evaluasi serius karena dinilai sering merugikan pasien.

Sandan menyoroti kasus seorang ibu bernama Paulina Herlina Wati (41) asal Sintang yang dirujuk ke RSUD Soedarso sejak 5 Mei lalu. Setelah menjalani pemeriksaan, rumah sakit baru menjadwalkan operasi pada 12 Agustus mendatang.

Advertisement

Menurut Sandan, kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menunggu hingga dua bulan ke depan. “Kalau melihat kondisinya sekarang, sangat tidak masuk akal bila harus menunggu sampai 12 Agustus. Ini bukan lagi menolong orang sakit, tapi membiarkan mereka dalam risiko kematian,” tegas Sandan dalam pernyataan kepada media, Rabu (22/5) malam.

Ia mempertanyakan perbedaan perlakuan antara pasien umum dan pasien pengguna BPJS. Menurutnya, pasien umum cenderung mendapat layanan lebih cepat, sementara pasien BPJS justru harus menunggu lama, meski biaya perawatan ditanggung negara.

“Kalau seperti ini terus, untuk apa negara membayar iuran BPJS? Pasien BPJS seolah jadi warga kelas dua. Ini sangat tidak adil,” tambahnya.

Sandan juga mendesak Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, khususnya Dinas Kesehatan dan Gubernur, untuk segera mengevaluasi sistem manajemen RSUD Soedarso.

Ia menyebut, kejadian seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Bahkan, ia mengingat kembali kasus almarhum Pak Suaner dari Desa Sake, Kecamatan Ambalau, yang meninggal setelah menjalani perawatan di RSUD Soedarso.

“Waktu itu beliau berangkat dalam kondisi sehat, tapi pulang dalam peti mati. Ini tidak bisa di biarkan. Kami minta sistem manajemen rumah sakit di evaluasi secara menyeluruh,” ujarnya.

Ia memastikan bertanggung jawab penuh atas pernyataannya dan menegaskan bahwa pasien yang ia maksud saat ini masih berada di rumahnya di Pontianak, menunggu jadwal operasi.

“Kita tidak ingin pasien yang seharusnya bisa sembuh malah tidak tertolong hanya karena sistem yang buruk. Bayangkan saja, harus menunggu dua bulan untuk operasi. Ini menyangkut nyawa manusia,” tutup Sandan.

Advertisement