Arsip

Sutarmidji Naik Pitam Lihat Truk Sawit Over Kapasitas

Advertisement

PONTIANAK – Gubernur Kalbar geram terhadap Truk pengangkut tandan buah sawit melewati jalan negara dan melebihi kapasitas.

Hal itu mengingat ruas jalan negara tidak bisa bertahan lama jika dilewati kendaraan pengangkut tandan buah sawit seperti milik perusahaan perkebunan.

Advertisement

Menurut Gubernur Kalbar, Sutarmidji, ruas jalan negara yang ada di Kalbar saat ini hanya bisa dilewati kendaraan bermuatan paling tinggi 20 Ton. Namun menurut Sutatmidji saat ini masih ditemukan kendaraan yang mengisi beban muatan melebihi batas wajar.

“Sepertinya sia sia memperbaiki jalan klu tak diiringi tindakan tegas terhadap perkebunan sawit. jalan kita paling tinggi bisa dilalui dgn beban 12 ton, tapi truk pengangkut tandan sawit muat sampai meluber,” Kata Sutarmidji melalui Facebooknya, Minggu (28/7) siang.

Terhadap kendaraan yang membandel tersebut Sutarmidji memastikan akan memberikan tindakan tegas, dengan cara menurunkan isi kendaraan yang muatannya melebihi kapasitas.

“Saya akan tindak tegas, klu perlu turunkan muatannya!” tegas Sutarmidji.

Dari pernyataan orang nomor satu di Kalbar tersebut kapankah tindakan tegas akan dilakukan? Hal itu belum dituangkan dalam pernyataannya tersebut.

Berdasarkan pantauan ruai.tv memang beberapa ruas jalan di Kalbar masih banyak yang rusak. Rata-rata jalan yang mengalami kerusakan tersebut dilintasi kendaraan pengangkut buah sawit atau kendaraan yang melebihi kapasitas.

Salah satu contoh jalan rusak yang kerap dikeluhkan warga adalah, jalan dari simpang Silat ke Nanga Silat, kota kecamatan Silat Hilir, kabupaten Kapuas Hulu. Jalan panjang kurang lebih 14 KM tersebut mengalami kerusakan parah bertahun, tahun. Angkutan sawit milik perusahaan sawit dan angkutan alat berat milik perusahaan yang juga beroperasi di sebarang kapuas, menjadi penyebab utama kerusakan jalan.

Kerusakan jalan juga terjadi dari Simpang Sidas menuju Darit Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak yang saat ini cukup parah.

Meski saat ini pemerintah di masing-masing tingkatan dari kabupaten, provinsi hingga pusat terus menganggarkan untuk perbaikan jalan, namun pembangunan jalan tidak bisa bertahan lama akibat volume perlintasan kendaraan barang dan orang yang dinilai cukup tinggi seperti kendaraan yang memaksakan muatannya dari muatan standar. (Red).

Advertisement