Arsip

Keluarga Pasien Dikeroyok Petugas RS Pratama Sintang, Penegak Hukum Diminta Tegas

Advertisement

SINTANG – Sejumlah petugas rumah Sakit Pratama Sintang diduga melakukan pengeroyokan terhadap salah satu keluarga pasien yang saat itu menanyakan terkait prosedur administrasi pelayanan di RS Pratama Sintang, sekitar pukul 17.00 WIB, Senin, (11/3) sore.

Peristiwa pengeroyokan bermula saat terdapat warga dari Kecamatan Serawai membawa keluarganya yang sedang kritis berobat di RS Pratama Sintang bernama Rudi. Karena pasien tak kunjung membaik keluarga yang ikut menemani pasien menelpon kakak pasien bernama Martin yang saat itu masih berada di kampung. Setelah mendapat telpon tersebut kakak pasien (Rudi) bernama Martin langsung menuju RS Pratama Sintang dan berdiskusi dengan pihak rumah sakit.

Oleh pihak RS Pratama Pasien bernama Rudi dianjurkan untuk di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade Mohammad Djoen Sintang. Dan pasien tersebut pun langsung di antar menuju RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang menggunakan mobil Ambulance dan petugas medis RS Pratama serta ditemani oleh keluarga pasien.

Advertisement

Setiba di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang pasien bernama Rudi langsung dipindahkan dari Ambulance ke kamar perawatan, namun sebelum pasien diturunkan dari mobil Ambulance, kakak pasien bernama Martin lebih duluan menuju kasir untuk mengurusi administrasi pasien dan bertanya kepada petugas terkait apakah pasien bernama Rudi sudah terdaftarkan surat rujukannya atau sudah ada konfirmasi dari RS Pratama Sintang, ternyata oleh petugas RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang tidak mengetahui hal itu.

“Sebelum kami menurunkan itu, saya memang sudah duluan datang ke rumah sakit Ade Mohammad Djoen Sintang langsung menuju kasir, saya pertanyakan bagaimana adek saya Rudi pasien yang dari Rumah Sakit Pratama Sintang itu sudah di daftarkah, sudah di ditelepon merekakah? Konfirmasikah? Tidak tau mereka bilang, kami Tidak tau Tidak ada katanya,” tutur Martin, kakak pasien Rudi.

Namun pasien bernama Rudi tetap dirawat oleh pihak RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang dan akan ditindaklanjuti untuk pengobatan berikutnya. Selanjutnya menurut Martin para petugas setempat menanyakan data, arsip dan surat rujukan pasien bernama Rudi dari RS Pratama namun tidak ada diberikan dari RS Pratama, sementara petugas medis yang ikut mengantarkan pasien ke RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang juga sudah pulang tanpa berdiskusi dengan keluarga pasien dan RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang. Karena berkas rujukan pasien tidak lengkap, pihak Rumah Sakit Umum Sintang meminta Martin untuk mengambil berkas rujukan dari RS Pratama Sintang.

“Jadi mereka petugas di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang ini maunya, antar adek saya ini dijelaskan sekian ini kami rawat, dia penyakit ini selama ini, ini ini ini begitu yang mereka harapkan tapi tidak dijelaskan itu dan berkas-berkasnya pun tidak lengkap mereka pulang,” tutur Martin.

Untuk melengkapi surat rujukan itu kakak pasien, Martin berlari menuju RS Pratama Sintang dalam keadaan panik karena adiknya semakin kritis. Setiba di loket lantai dua RS Pratama, Martin dalam keadaan ngos-ngosan menanyakan surat yang dibutuhkan RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang dengan petugas.

“Saya tampar meja begini, mana berkas adek saya? Saya bilang gitu, tadi tidak lengkap, mana berkasnya? mereka pertanyakan, Jadi jawab mereka sudah pak, sudah kami antar, sudah kami kasi, sudah kita bawa tadi. Kalau sudah mengapa mereka sana minta saya kembali kesini untuk menyusul berkasnya itu,” jelas Martin kepada ruai.tv sambil meniru dialong dirinya bersama petugas RS Pratama Sintang.

Martin menuturkan jika dirinya hanya minta agar nyawa adiknya ditangani terlebih dahulu, semantara untuk berkas biar keluarga pasien termasuk dirinya yang akan mengurus. Mendengar pihak RS Pratama mengatakan jika semua berkas rujukan sudah di sampaikan ke RSUD Sintang, kemudian Martin meminta agar piahk RS Pratama menghubungi pihak RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang menggunakan telepon namun tidak nyambung, hingga akhirnya tersambung, namun hanya sekedar komunikasi tak menemukan solusi untuk menangani pasien bernama Rudi.

Melihat tidak ada solusi dari RS Pratama tersebut terkait pertanggungjawaban surat rujukan, membuat Martin naik pitam sambil menepuk meja kasir.

“Sambil saya tepuk meja, tolong dengarkan saya, kalian kalau mau mengobati orang benar-benar, bagus-bagus, jangan kayak gini. Melihat saya tampar meja, jadi petugas yang laki-laki itu, entah perawatkah siapa itu saya tidak tau, yang jelas mereka disitu menggunakan pakaian medis yang tidak ada namanya dan datang ke saya merangkul baju sama jaket saya, langsung dirangkul langsung ditinju berulang kali, karena mereka meninju, saya balas. Melihat saya membalas jadi yang dari belakng saya ini, dari kiri dan kanan sama-sama datang ke saya sama mengeroyok saya,” tutur Martin.

Akibat pengeroyokan dan penganiayaan tersebut Martin mengalami luka yang cukup serius dari muka dan sekujur tubuh, karena saat itu menurut Martin ia juga diikat tangannya oleh oknum-oknum diduga perawat tersebut sehingga ia tak bisa bergerak dan ia pun meminta ampun kepada petugas RS Pratama Sintang ini, dimana saat kejadian pengeroyokan ini satupun orang tidak ada yang menolong melainkan hanya menonton peristiwa ini saja.

Atas kejadian ini Martin dan keluarga pasien lainnya melaporkan kejadian ini ke Polres Sintang, atas dasar penganiayaan dan pengeroyokan, Namun oleh Polres Sintang, Martin dianjurkan untuk melaporkan kejadian ini ke POM (Polisi Militer) Korem 121/ABW Sintang. Sementara adik Martin yang merupakan pasien RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang sudah meninggal dunia saat Martin di keroyok dan dianiaya oleh petugas di RS Pratama Sintang tersebut.

“Saya tidak ada menyentuh tangan saya ke petugas dan perawat situ, namun mereka yang duluan nyentuh saya, itu yang membuat saya tidak terima dan melaporkan ini ke Polres Sintang,” jelas Martin.

Atas laporan Martin dan keluarga ke POM Korem 121/ABW Sintang, Martin juga langsung dilakukan Visum terhadap bekas luka memar pengeroyokan oleh dokter RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang. Saat ini Martin dan keluarga masih menunggu tindakan hukum baik dari Polres Sintang maupun dari POM Korem 121/ABW. Rencanaya keluarga korban juga akan mengambil langkah hukum sesuai adat dayak Uud Danum setelah pemakaman adik korban bernama Rudi.

“Saya hanya minta keadilan hukum atas musibah yang saya alami ini, jangan sampai hal yang saya alami juga terjadi dengan pasien lain, saya kasian dengan orang-orang yang akan datang nanti, itulah harapan saya,” Harap Martin.

Hingga berita ini diterbitkan belum ada keterangan resmi dari pihak RS Pratama dan pihak terkait lainnya, ruai.tv masih berupaya untuk menghubungi pihak tersebut.

Menanggapi kasus ini, Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 121/ABW Mayor Inf Syafendi membantah jika pihak RS Pratama melakukan pemukulan, hanya saja saat kejadian petugas RS mengamankan keluarga Pasien bernama Martin, karena saat itu yang bersangkutan mengamuk dengan melempar kursi dan memukul meja sehingga mengenai salah satu perawat.

“Yang namanya diserang seperti itu dia mempertahankan diri, ya ditangkisnya, jadi berkisar begitu saja, diamankan, Jadi kejadian seperti itu, tidak ada pemukulan,” Jelasnya kepada ruai.tv, Selasa (12/3) sore.

Kapenrem menambahkan, untuk menelusuri lebih dalam pihaknya saat ini sedang melakukan investigasi kejadian yang sebenarnya dilapangan, selain itu kasus ini juga sudah disampaikan ke kepada pimpinan.

“Saya sudah lapor pimpinan, sekarang sedang dilakukan investigasi kalau sudah ada hasilnya saya konfir ya,” Tuturnya. (Red).

Advertisement