KETAPANG – Wakil Gubernur Kalbar Ria Norsan mengatakan, urgensi penguatan karakter ini semakin mendesak seiring dengan tantangan berat yang kita hadapi di masa-masa yang akan datang.
Peserta didik saat ini adalah Calon Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 yang harus memiliki bekas jiwa Pancasila yang baik guna menghadapi dinamika perubahan yang sangat cepat dan tidak terduga.
“Kita mendukung guru-guru kita untuk terus bekerja keras mewujudkan generasi penerus yang cerdas dan beraklak mulia. Guru harus dapat berperan sebagai “the significant other” bagi peserta didik. Guru harus menjadi sumber keteladanan,” ingat Ria Norsan, Senin (19/11), saat memperingati Hari Guru Nasional dan HUT ke 73 PGRI Tingkat Provinsi Kalbar di Halaman Kantor Bupati Ketapang.
Dikatakannya, tema Hari Guru kali ini adalah Mewujudkan Guru sebagai Penggerak Perubahan Menuju Indonesia Cerdas Berkarakter dalam Revolusi Industri dan tema ini erat kaitannya dengan implementasi Peraturan Presiden nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Peraturan Presiden ini mengamanatkan bahwa guru sebagai sosok utama dalam satuan pendidikan. Mereka memiliki tanggung jawab membentuk karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah fikir, dan olahraga.
“Guru dan tenaga kependidikan juga harus mampu mengelola kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat untuk mengobarkan Gerakan Nasional Revolusi Mental,” ingatnya.
Selain itu, masih kata Mantan Bupati Mempawah, yang tak kalah pentingnya guru sebagi agen perubahan dapat pula mengubah perilaku atau karakter peserta didik menjadi santun, sopan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
“Guru harus mempunyai perilaku baik sehingga dapat dicontoh oleh para peserta didiknya. Guru adalah seorang panutan bagi siswanya baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah, dalam bahasa jawa ada istilah “guru digugu lan ditiru”, itu mempunyai arti bahwa seorang guru itu dipercaya oleh muridnya dan diikuti setiap tindak tanduknya. Berarti apapun yang dikatakan oleh seorang guru pasti akan dipercaya oleh muridnya, dan apapun yang dilakukan oleh guru dalam mendidik pasti akan diikuti juga oleh muridnya,” jelasnya.
Wagub Kalbar juga meminta bahwa momentum Hari Guru Nasional hendaknya kita jadikan sebagai refleksi apakah guru-guru kita sudah cukup professional dan menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Disisi lain, apakah kita sudah cukup memuliakan guru-guru kita yang telah berjuang untuk mendidik dan membentuk karakter kita sehingga menjadi pribadi yang tanggung dan berhasil. Sebab, tidak ada seorangpun yang sukses tanpa melalui sentuhan guru.
“Jadi apapun kita saat ini, guru-guru kita pasti ikut mewarnai bahkan bias jadi merupakan salah factor penentu keberhasilan kita,” jelasnya.
Bagi pemerintah, Peringatan Hari guru juga menjadi titik evaluasi yang strategis bagi pengambilan kebijakan. Bagaimanapun harus diakui bahwa masih banyak persoalan guru yang belum sepenuhnya teratasi. Oleh sebab itu, kebijakan-kebijakan yang sedang dan akan terus dilaksanakan adalah menjadikan guru lebih kompeten, professional, terlindungi dan pada gilirannya lebih sejahtera, mulia dan bermartabat.
Dijelaskannya, Pemberian tunjangan profesi bagi guru yang telah tersertifikasi, serta tunjangan khusus bagi guru yang mengabdi di daerah khusus akan terus menjadi perhatian. Demikian pula guru-guru yang memiliki keahlian ganda untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kejuruan akan terus ditingkatkan bersamaan dengan program-program Guru Garis Depan untuk yang pemerataan pendidikan berkualitas.
“Perlu kita sadari bersama bahwa secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab Negara, tetapi secara moral merupakan tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Upaya pemerintah pusat tentu memiliki keterbatasan dan oleh karena itu sangat pantas kita berikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut membantu meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru. Perhatian pemerintah daerah yang memberi tunjangan tambahan dan membuat trobosan kebijakan yang inovatif kepada para guru tentu sangat kita hargai.
“Kita tahu bahwa problema guru di setiap daerah berbeda-beda, melalui kebijakan pemerintah daerah alhamdullillah banyak hal bisa diatasi,” ucapnya.
Pada tanggal 25 Nopember 2018 mendatang, PGRI genap berusia 73 tahun. Usia yang cukup matang dan dewasa bagi sebuah organisasi. Selama kurun waktu tersebut, banyak pengabdian yang telah disumbangkan, banyak aktivitas yang telah dilaksanakan, banyak perjuangan yang telah dikerjakan, banyak kegiatan perlindungan terhadap anggota yang telah diberikan. Disamping itu, telah juga banyak peristiwa, persoalan, tantangan, dan kendala yang telah dihadapinya.
“Kepada organisasi profesi guru PGRI, kita patut berterima kasih karena telah menjadi mitra pemerintah dan mantra guru khususnya. Demikian pula kepada organisasi sosial dan sosial keagamaan, lembaga swadaya masyarakat. Semangat bekerja bersama untuk Indonesia yang lebih baik sungguh terasa ketika kita melihat bagaimana para guru ini menjadi perhatian besar kita semua,” ingatnya. (Red).
Leave a Reply