Arsip

Atraksi Tariu Borneo Jadi Kalender Pariwisata Budaya Ketapang

Advertisement

KETAPANG – Atraksi pasukan merah Tariu Borneo menjadi pertunjukan yang menyedot perhatian warga Kabupaten Ketapang. Atraksi yang cukup ekstrem tersebut ditampilkan ketika event karnaval budaya yang menjadi awal dari rangkaian Rapat Kerja, Pentas Seni Budaya Dayak, dan Pameran Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Ketapang ke tujuh tahun 2019 Rabu (4/9/2019) lalu.

Saat berada ditengah rute karnaval yakni di sekitar Tugu Perdamaian (Tugu Tolak Bala) Jalan Merdeka, Kabupaten Ketapang, satu persatu pasukan yang mengenakan pakaian tradisional khas dengan warna merah tersebut menancapkan mandau yang merupakan senjata tradisional suku Dayak ke bagian tubuh masing masing. Namun senjata tajam tersebut seakan tak mempan ke tubuh pasukan merah. Suara dari ratusan pasukan Tariu Borneo yang menggema di sepanjang jalan protokol Ketapang juga cukup membuat bulu kuduk merinding.

Lebih dari 400 orang pasukan Tariu Borneo itu pun berjalan kaki mengitari jalan protokol Ketapang yang dijadikan rute karnaval. Tak hanya pasukan merah, karnaval budaya tersebut juga disemarakkan oleh puluhan mobil hias yang juga mengitari jalan protokol Kabupaten Ketapang.

Advertisement

Mobil hias yang berasal dari Dewan Adat Dayak masing-masing kecamatan, sanggar, Organsiasi Perangkat Daerah (OPD), hingga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan swasta turut ambil bagian menyemarakkan agenda rutin tahunan tersebut. Karnaval budaya tersebut tak hanya diikuti satu etnis saja namun juga seluruh etnis yang ada di Kabupaten Ketapang.

Atraksi ekstrem pasukan merah itupun membuat warga Kabupaten Ketapang khususnya pengguna jalan terkesima. Warga pun terlihat mengabadikan momen langka itu dengan gawai pribadinya masing- masing. Momen yang sangat menarik tersebut hanya ada sekali dalam setahun. Tak heran warga pun memanfaatkan momen tersebut untuk diabadikan di gawai masing-masing.

Warga berharap tradisi budaya khas tersebut tetap dapat dilestarikan. Warga juga menilai kebudayaan khas suku dayak itu pun dapat dikemas menjadi kalender pariwisata Kabupaten Ketapang dengan konsep dan promosi yang lebih baik lagi sehingga dapat menarik wisatawan, tak hanya dari daerah namun juga wisatawan mancanegara.

“Saya kira event seperti itu dapat dikemas sebaik mungkin. Jika dipromosikan dan dikemas dengan lebih baik lagi dapat menjadi event pariwisata budaya tahunan di Kabupaten Ketapang,” kata Fauzi (30) saat mengenang event yang baru tiga pekan lalu digelar di Kabupaten Ketapang, Selasa (24/9/2019).

Menurut Fauzi, pariwisata budaya cukup menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Tak hanya dapat menikmati keberagaman etnis namun juga dapat memberikan pelajaran berharga bagi turis yang belum pernah menyaksikan suku Dayak secara langsung dengan pakaian khas dan pertunjukkan asli mereka.

“Wisata budaya seperti ini dapat menjadi pilihan bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain alamnya yang sangat menarik ternyata budaya di Ketapang juga tak kalah asik untuk dinikmati,” kata Fauzi.

Sementara itu Ian (35) warga Kota Pontianak juga mengaku tertarik dengan atraksi pasukan merah. Ia menilai event Pentas Seni Budaya Dayak memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata tahunan di Kabupaten Ketapang bahkan di Kalimatan Barat.

“Ya saya kira tergantung dari pemerintah daerahnya lagi, jika Pemdanya serius menata dan berani sedikit menggelontorkan dananya buat promosi dan memoles event tersebut dengan spektakuler, saya kira ini dapat menjadi sesuatu yang ditunggu tunggu setiap tahun,” kata Ian yang mengaku sudah dua kali menyaksikan langsung event tersebut.

Ayah satu anak yang sehari-hari bekerja di hotel termewah di Ketapang itu pun berharap pemerintah dan masyarakat peduli wisata, terus membuat gebrakan agar pariwisata di Ketapang dapat dikenal, tak hanya di tingkat kabupaten namun juga di Indonesia.

“Kalau alamnya sudah mantap, ditambah wisata budayanya cap jempol, bukan tidak mungkin Ketapang menjadi destinasi wisata pilihan wisatawan lokal dan mancanegara,” ujarnya.

Dengan begitu, lanjut Ian, hotel-hotel yang ada di Kabupaten Ketapang juga akan dapat imbas positifnya. Tak hanya itu produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat juga akan terdongkrak dengan sendirinya.

“Selain baik buat warganya kan baik juga buat pemerintahnya, ia kan, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat saya kira juga berbanding lurus dengan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pariwisatanya,” ujar Ian.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ketapang, Yulianus mengatakan, Raker, Pentas Seni Budaya, dan Pameran DAD Ketapang sudah masuk dalam kalender tahunan Kabupaten Ketapang.

“Sudah beberapa kali kami dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyampaikan supaya ini dibakukan dan kemarin waktu Raker sudah disampaikan kepada seluruh DAD kecamatan bahwa Raker, Pentas Seni Budaya Dayak dan pameran ini tetap dilaksanakan setiap bulan Agustus,” kata Yulianus.

Yulianus mengatakan pada event Raker, PSBD dan Pameran DAD pihaknya selalu mengikutsertakan pasukan merah yang dikenal dengan Tariu Borneo.

“Tariu Borneo ini merupakan penyemangat bagi orang Dayak, mereka sudah punya organisasi yang didominasi anak muda, yang bisa mendorong dan melestarikan budaya,” tambahnya.

Menurut Yulianus, Tariu Borneo tampil dengan semangat yang luar biasa dan dapat menularkan semangat kepada pemuda khususnya pemuda Dayak. Senjata asli suku Dayak adalah mandau dan perisai. Pada saat menampikan atraksi pasukan tersebut selalu membawa senjata khas tersebut.

“Dulu pada tahun 1894 yang terakhir bahwa orang Dayak itu dulu ada ada adat “Mengayau” tapi sejak 125 tahun yang lalu sudah dihilangkan, jadi atraksi Tariu Borneo ini seolah-olah mengisahkan kehidupan orang yang dahulu yang memiliki ilmu ( kebal dan bela diri ) yang luar biasa,” papar Yulianus.

Yulianus menjelaskan jika sudah masuk ke perkumpulan Tariu Borneo banyak pantangan bagi anggotanya. Selain tidak boleh mengkonsumsi alkohol anak muda itu juga tidak boleh narkoba dan hal-hal negatif lainnya.

“Meraka malah diarahkan ke agama jadi sesuai agamanya masing-masing, kalau mereka agama Islam kita arahkan ke agama Islam, kalau Katolik kita arahkan ke Katolik, jadi kita arahkan ke agama,” pungkasnya.

Ke depan Yulianus berharap, atraksi Tariu Borneo dapat dipromosikan dan dikemas jauh lebih baik sehingga dapat menjadi magnet bagi wisatawan berkunjung ke Kabupaten Ketapang.

Penulis :Agustiandi

Advertisement