SINTANG, RUAI.TV – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang periode 1999–2009 yang juga tokoh politik berpengaruh pada masanya, A. Mikail Abeng tutup usia.
Abeng menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Ade M. Djoen Sintang sekitar pukul 08.00 WIB (08/04/2024).
Belakangan ini Abeng diketahui beberapa kali dirawat karena sakit.
Hingga akhirnya (07/04/2024) Abeng kembali dilarikan ke rumah sakit. Namun sehari berselang Abeng meninggal.
“Ya meninggal di Sintang. Kemarin masuk rumah sakit,” kata Yustina istri almarhum Mikail Abeng kepada ruai.tv.
Ketua Ikatan Keluarga Dayak Uut Danum (IKADUM), Kabupaten Sintang, Sopian mengaku terkejut berpulangnya tokoh tokoh asal Serawai Ambalau Itu.
“Selaku Ketua IKADUM Kabupaten Sintang. Saya dan semua warga Uut Danum merasa berduka yang mendalam atas menginggalnya beliau, yang merupakan tokoh Kabupaten Sintang berasal dari Dayak Uut Danum,” kata Sopian
“Banyak hal yang saya kenang perjuangan beliau untuk membangun Sintang, apalagi secara pribadi saya sangat dekat, karena saat sekolah saya tingal di tempat beliau,” kenang Sopian yang dulu merasa dibina Abeng dan sekarang sudah menjadi Dosen di UNKA itu.
Menurut Sopian, Abeng adalah tokoh politik yang sangat berpengaruh pada masanya.
Banyak hal yang dilakukan Mikail Abeng bersama Pemerintah Kabupaten Sintang terutama di era Mikail Abeng sebagai Ketua DPRD Kabupaten Sintang 1999–2009 itu.
“Sebagai manusia biasa tentu pak Abeng dan kita punya kelemahan, tapi nilai perjuangan, kerja keras, keberhasilan dalam keluarga dan di Pemerintahan saat itu, harus kita contohi, teladani dan ikuti,” tutur Sopian.
Kemudian Sopian menambahkan, Mikail Abeng berkarir di era segala sesuatunya yang juga tidak mudah, baik ekonomi, transportasi, komunikasi, dinamika politik yang juga berbeda.
“Jadi kalau ada orang seperti pak Abeng, itu luar biasa, pantas diapresiasi diteladani,” pungkasnya.
Sementara itu Milton Crosby, Bupati Sintang periode 2005–2015 yang juga pernah menjadi mitra kerja Mikail Abeng di Pemerintahan memiliki kesan terhadap Abeng.
“Beliau adalah sosok seorang pemimpin yang baik dan sukses dengan keuletannya, mampu dalam bekerja sama dan berkoordinasi serta mengayomi semua orang. Religius dan jiwa setia kawan,” kenang Milton.
Mikail Abeng meninggal dunia ketika mencapai usia 63,7 tahun.
Mantan Ketua DPD Partai Golkar Sintang itu meninggalkan seorang istri yang berprofesi sebagai guru, 4 anak perempuan (dua sudah berkeluarga), dua menantu dan 5 cucu.
Satu diantara anak Abeng berprofesi sebagai dokter yang bertugas di Rumah Sakit Mabes Polri Jakarta.
Sedangkan anak bungsunya sebagai Polwan yang berdinas di Mabes Polri. Kemudian dua lainnya bekerja di swasta dan kantor Pemerintah di Sintang.
Abeng lahir di Begori, 15 Agustus 1959. Begori satu diantara Desa di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Abeng telah menyelesiakan sederet jenjang pendidikannya SD Swasta di Begori 1971, SMP Swasta di Serawai 1974, SPG Negeri Sintang 1977, FKIP Untan 1984,Magister Manajemen Untan 2002.
Sebelum berkarir di politik, Abeng adalah pegiat pendidikan
1978 Abeng diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan mengajar di SD Inpres Parit Nanas Pontianak. Namun berhenti dengan hormat melalui SK Gubernur Kalbar tahun 1985.
Abeng melanjutkan kiprahnya di dunia pendidikan sebagai Kepala SMA Panca Setya Sintang dan dikenal banyak menolong murid yang tidak mampu.
Selain itu, Abeng pernah menjadi Ketua STKIP Panca Bhakti Sintang. Dan sebagai Purek I Bidang Akademis UNKA Sintang.
Setelah memutuskan berkarir di politik, Abeng dipercaya menjadi Ketua Fraksi Karya Pembangunan di DPRD Sintang 1997–1999.
Hingga akhirnya menjadi Ketua DPRD Sintang masa bhakti 1999–2009 itu.
A. Mikail Abeng juga pernah menjadi Ketua DAD Kabupaten Sintang, satu diantara pendiri UNKA Sintang, dan satu diantara tokoh dalam pembentukan Kabupaten Melawi.
Setelah banyak mengukir hal baik dalam dunia pendidikan dan politik, namun ketika karirnya diujung senja, Mikail Abeng sempat tersangkut dengan kasus otonomi daerah yang dieksekusi Kejari Sintang Maret 2015 silam.
Namun itulah perjalanan hidup seseorang, tidak ada satu pun kita yang sempurna.
Karena bukan berasal dari keluarga kaya raya, tentu Abeng dapat disebut sebagai contoh pejuang hidup di kalangan Dayak Uut Danum dan masyarakat luas lainnya.
Mikail Abeng meraih semua itu, bahkan turut bekerja untuk kemaslahatan orang banyak bukan semudah membalikan telapak tangan. Selamat jalan A. Mikail Abeng. (RED)
Leave a Reply