KETAPANG, RUAI.TV – Menyalakan meriam “padam pelite”, menjadi tradisi bagi Ikatan Keluarga Besar Kerajaan Matan Tanjungpura (IKKRAMAT) di Kabupaten Ketapang. Tradisi ini berlangsung di Keraton Matan, Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong.
Seperti pada Minggu (24/04/2022) sore, Ketua Dewan Mangku IKKRAMAT, Uti Royden Top, menyulut meriam ini. Dia memegang kayu kecil sepanjang kira-kira 2,5 meter.
Pada ujungnya ada sumbu bernyala. Panjang tongkat sulut cukup memberi jarak yang aman untuk menyulut meriam.
Baca juga: Tempat Ini Jadi Lokasi Favorit Bukber di Sekadau
Serta merta, suara dentumannya menggelegar, menandai waktu berbuka telah tiba. Penyulutan meriam ini menjadi bagian dari rangkaian acara buka puasa bersama di tempat itu.
Meriam “Padam Pelite” milik Keraton Matan, merupakan satu di antara benda pusaka. Panjangnya sekitar 1,5 meter. Memiliki diameternya lebih kecil dari ukuran tiang listrik.
Namun, meriam ini mengeluarkan suara sangat keras. Saat berdentum, alarm mobil yang di parkir sejauh 50 meter sampai berbunyi.
Baca juga: Melawi Larang “Perang Kembang Api” Saat Idul Fitri
Ada cara khas untuk meramu bahan peledak. Perlu waktu selama satu pekan, untuk membuat ramuan untuk dua kali dentuman.
Rentang dua pekan itu pun, jika cuaca mendukung. Sebab, ramuan ini terdiri atas bahan sulfur dan black powder. Orang yang meramu bahannya pun bukan orang sembarang.
Rusmin Nuryadin menjadi satu-satunya orang yang meramu bahan ini. Dia mendapatkan keterempilan ini dari kakek dan ayahnya.
Baca juga: Guru Ngaji dan Penyuluh di Pontianak Terima Dana Transportasi
Uti Royden Top, mengatakan, pebyulutan meriam “Padam Pelite” menjadi bentuk pelestarian budaya kerajaan sejak ratusan tahun lalu. Penyulutannya pun hanya boleh pada momen tertentu dalam acara resmi keraton.
“Keraton Matan Tanjungpura mempunyai sepasang meriam “Padam Pelite”. Tersimpan rapi di ruang khusus,” tutur Uti Royden Top. (RED)
Leave a Reply