Kematian tiga ekor gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Desa Segati, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau yang ditemukan 10 November 2012 lalu masih menyimpan misteri meski dugaan sementara kematiannya dikarenakan keracunan.
Mongabay Indonesia secara ekslusif mendapatkan foto-foto ketiga ekor gajah berkelamin betina tersebut. Ketiga gajah ditemukan tepat di antara lokasi perambahan hutan di bagian luar Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang berbatasan seratusan meter dengan perkebunan akasia milik PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) koridor Basrah.
Yang pertama kali menemukan posisi gajah tersebut adalah petugas Yayasan TNTN M.Hadta (50). Kepada Mongabay ia mengatakan awalnya sulit memperoleh informasi keberadaan gajah. Namun ketika berada di kilometer 89, Koridor Basrah, ia mencium aroma busuk yang menyengat. “Saya melacak dari aroma busuk. Sudah tercium dari jarak 100 meter. Jarak gajah paling tua dengan yang berumur 13 tahun terpisah sekitar 50 meter. Sedangkan bayi gajah berjarak 10 meter di belakang gajah nomor dua,” katanya Kamis 15 November 2012 silam.
Menurut Syamsidar, Humas WWF Program Riau, gajah pertama yang ditemukan berumur sekitar 30 tahun dan gajah kedua 13 tahun dan satunya lagi masih bayi berumur tiga tahun. Dari foto-foto yang diperoleh hampir setengah dari badan gajah-gajah tersebut tak tersisa. Sementara posisi paling menggenaskan adalah sang bayi gajah yang tersungkur dengan separuh badan bagian depan dan kelapa sudah tidak berbekas.
Kematian tiga satwa dilindungi ini memperpanjang daftar berkurangnya populasi mereka. Sejak tahun 2004, di wilayah TNTN tercatat 64 ekor yang mati akibat konflik penguasaan lahan untuk perkebunan sawit dan akasia. Bahkan sepanjang tahun ini saja sudah 8 gajah Tesso Nilo mati.
oleh Zamzami (Kontributor Riau)
Sumber : www.mongabay.co.id
Leave a Reply