PONTIANAK – Wakil Gubernur Kalbar Ria Norsan meminta kepada segenap Pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Kalbar untuk tetap menjaga persatuan dan kebersamaan yang telah terjalin dengan baik selama ini, agar proses pembangunan di Provinsi Kalbar dapat berjalan secara baik dan berkeadilan.
“Teruslah menjalin komunikasi yang baik dengan oraganisasi wanita lainnya, seperti Persatuan Istri Tentara Kartika Candra Kirana, Persatuan Wanita Bhayangkari, Persatuan Istri Angkatan Udara Ardhya
Garini, Persatuan Istri TNI Angkatan Laut Jalasenastri termasuk juga Persatuan Wanita Lintas Agama, karena para wanita memiliki kekuatan humanis dan atau kekuatan bersosialisasi dengan lingkungan, sebagai kekuatan kedua dibalik kekuatan kaum pria,” kata Ria Norsan, Selasa (8/1), saat Perayaan Natal Bersama Dharma Wanita Persatuan Provinsi Kalbar di Pendopo Gubernur Kalbar.
Dikatakannya, kelahiran Yesus membawa harapan baru bagi umat Kristiani dan berharap, kiranya melalui Acara Natal ini dapat lebih mempererat lagi tali persaudaraan diantara kita semua, sekaligus lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat, sehingga memiliki kekuatan dan ketahanan spiritual yang tangguh demi menghadapi tantangan dan kesulitan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Natal tentunya untuk mengenang kelahiran Yesus dan bukan dirayakan dengan pesta pora serta tidak hanya dengan nyanyian dan pujian yang merdu saja tetapi juga dengan tekad dan upaya konkrit untuk hidup dalam hikmat Allah,” jelasnya.
Wagub Kalbar juga berharap, semoga Natal ini sungguh menjadi saat bagi kita untuk bersukacita dan bergembira sambil merefieksikan diri kita terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, dan jika ada hal baik yang telah kita perbuat maka ke depannya kita tingkatkan lagi, namun jika ada hal-hal yang kurang baik maka kita harus berkomitmen untuk memperbaikinya.
Tantangan kita kedepan adalah bagaimana
membangun masyarakat Kalimantan Barat yang beriman dan berakhlak mulia serta mempunyai daya saing yang tinggi di era globalisasi dewasa ini.
Kondisi ini hanya bisa dicapai bilamana dalam setiap diri pribadi serta seluruh
elemen masyarakat tertanam komitmen yang kuat untuk bersatu, saling mendukung dan memiliki semangat kebersamaan untuk membangun daerah ini sesuai kemampuan dan kesempatan yang dimiliki.
Lebih-lebih di zaman teknologi informasi dan komunikasi yang serba canggih sekarang ini dengan hadirnya media sosial seperti Facebook, Twitter WhatsApp dan lain-lain yang kerap memunculkan perdebatan akibat merasa paling benar terhadap perbedaan, sikap ego dan saling tuding sesama kita, baik masalah sosial, politik, ekonomi hingga hal-hal lain yang dapat memunculkan perpecahan.
Media sosial sebaiknya digunakan untuk
kemaslahatan dan kebaikan agar dapat merajut persaudaraan, bukan untuk menebar Gosip, hoax, fitnah, dan adu domba, dengan demikian kita harus bijak dalam memanfaatkan media sosial.
“Kemudahan komunikasi mestinya dijadikan wahana penyambung silaturrahmi antar sesama bukan sebaliknya menyulut permusuhan,” ingatnya.
Dijelaskannya, semangat kesatuan dan persatuan bangsa bukan hanya terbatas pada kesatuan bangsa, tanah air dan
bahasa tetapi harus dapat melingkupi seluruh dimensi kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.
“Salah satu pilar utama dalam mewujudkan kesatuan dan kerukunan nasional adalah apabila terdapat kerukunan hidup beragama dalam masyarakat,” ujarnya.
Keharmonisan hidup sosial kemasyarakatan, khususnya kerukunan umat beragama tentunya akan dapat tercapai jika masing-masing pihak yang berbeda mampu mengesampingkan ego dan fanatisme agamanya dan sebaliknya ankan nilai-nilai agama dalam perspektif numanis yang universal.
Sebab setiap agama memiliki nilai universal seperti kemanusiaan, cinta kasih, kedamaian, toleransi, kerukunan dan lain sebagainya yang dapat mengikat semua orang lintas suku, bahasa dan budaya serta tingkat sosial ekonomi dan pendidikan, sehingga tidak ada alasan bahwa orang yang berbeda agama tidak akan bisa rukun dan menyatupadukan
kekuatan untuk bekerjasama membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
“Saya optimis, kehidupan keagamaan di
Negara kita akan semakin baik apabila semua Tokoh Agama dan umat beragama saling bergandengan tangan untuk mewujudkan kerukunan dan keharmonisan hidup beragama dan menjadikannya pilar penyangga terwujudnya kerukunan yang kita dambakan bersama sesama masyarakat khususnya di Kalbar,” imbuhnya.
Di era keterbukaan ini, perilaku kaum muda
sudah sangat memprihatinkan, seperti penggunaan obat-obat terlarang, penyalahgunaan narkotika, pornografi, pergaulan bebas, balapan liar, aksi tauran
dan berbagai macam perilaku negatif kaum muda yang harus menjadi tanggung jawab kita semua, namun dipundak para wanitalah tentunya lebih cocok untuk melakukan pendekatan-pendekatan humanis, sehingga anak-anak kita akan bertumbuh kembang menjadi generasi yang unggul pada saatnya.
“Kaum wanita sebagai pendamping hidup dan mitra suami juga sangat menunjang
keberhasilan profesi suami dalam berkarier. Begitu pula tak kalah pentingnya peranan wanita-wanita dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, karena terbukti tidak sedikit kaum wanita Indonesia telah mendapat penghargaan sebagai pahlawan, baik Pahlawan nasional maupun pahlawan kemerdekaa Indonesia, diantaranya seperti : Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, dan yang lainnya,” ucapnya. (Red).
Leave a Reply