PONTIANAK, RUAI.TV – Catatan sejarah tidak pernah mencantumkan Pulau Kalimantan sebagai penghasil rempah di nusantara. Berbagai dokumen sejarah hanya menyebutkan daerah rempah di Kepulauan Maluku, misalnya.
Permasalahan ini mengemuka dalam seminar “Kalimantan dalam Keberagaman Budaya” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kalimantan Barat, Selasa (23/02/2021) di Pontianak.
Catatan jejak perdagangan rempah di Pulau Kalimantan menjadi bagian diskusi di seminar itu. Permasalahan ini tertuang dalam proposal penelitian yang ditulis peneliti BPNB Juniar Purba dan Yusri Darmadi.
Temuan catatan awal ini membuka historis Pulau Kalimantan, sekaligus membuka wacana ekonomi global yang pernah mengharumkan nusantara saat itu.
Juniar Purba dan Yusri Darmadi, dalam proposal penelitiannya, menuliskan, perdagangan rempah di nusantara sejak lama menjadi historis yang menarik. Sejak lama kepulauan Maluku dan sekitarnya terkenal penghasil rempah sejak jaman kolonial. Daya tarik rempah itu juga yang mengharumkan nama nusantara di dunia saat itu.
“Dari catatan sejarah nasional hampir tidak pernah menyebut pulau Kalimantan dalam pembicaraan tentang rempah-rempah. Meski demikian dalam catatan bangsa-bangsa barat terdapat beberapa jejak perdagangan rempah,” tulisnya.
Di antara sedikit catatan yang hanya sepintas menyinggung Pulau Kalimantan, ditemukan dalam catatan berbahasa Portugis yang menyebutkan kondisi pelayaran dan perdagangan rempah di sekitar Borneo. Pada 1879 catatan Manuel Bernades Branco, “Portugal e Os Estrangeiros”, memuat sejumlah petualang Portugis yang berlayar di kepulauan Maluku dari arah barat dan menyinggahi Pulau Borneo.
Laporan lain berjudul “Elementos da Historia: Tradizida da lingua franceza” oleh Pedro de Sousa, 1767 di Lisanon, memaparkan kondisi Kalimantan barat saat kunjungannya. Di situ, ia menyinggung mengenai rempah-rempah yang telah diperdagangkan di pulau itu.
Dari sisi geografis, terutama di Kalimantan Tengah dan Utara diduga memiliki hubungan dagang dengan pusat rempah-rempah di Maluku. Jalur sungai di wilayah Kalimantan Tengah menjadi jalur ekonomi yang terpengaruh oleh perdagangan global saat itu.
“Meski belum ditemukan secara luas bukti-bukti perkebunan dan perdagangan rempah-rempah dalam skala internasional saat itu yang berasal dari pulau kalimantan,” tulis Juniar Purba dan Yusri Darmadi.
Pada catatan ensiklopedi pada akhir abad XIX tahun 1887, rempah hanya disebutkan seperti kayu manis, cengkih, jahe dan lada. Sementara gaharu yang menjadi satu di antara komoditi di hutan Kalimantan saat ini tidak disebutkan dalam catatan itu. (APE)
Leave a Reply