KUBU RAYA, RUAI.TV – Sebanyak 1.500 buah lampu pelita, merangkai Keriang Bandong berbentuk miniatur masjid di batas kota, antara Kota Pontianak dengan Kabupaten Kubu Raya. Ada dua organisasi masyarakat yang membuat Keriang Bandong ini.
Mereka menempatkannya di atas parit di kawasan Jl Sungai Raya Dalam, yang merupakan area batas kota. Lampu pelita itu terbuat dari botol bekas, dengan bahan bakar minyak tanah. Nyalanya yang seperti api obor, menambah semarak suasana.
Cukup lama, tradisi Keriang Bandong tak lagi terlihat di Kota Pontianak. Tahun ini, menyambut Idul Fitri 1444 Hijriyah, tradisi ini muncul kembali dan mengobati kerinduan banyak warga.
Baca juga: Status Bayi Dibuang di Pinggir Jalan, Kini Milik Negara
Tampak pada Rabu (12/04/2023) malam, warga menikmati suasana di kawasan itu. Ribuan buah pelita menyala, terangkai membentuk miniatur bangunan masjid yang terlihat indah di malam hari.
Para pelintas banyak yang berhenti dan mengabadikan pemandangan ini dengan kamera telepon. Banyak pula yang kemudian melakukan swa-foto dengan latar Keriang Bandong.
Sekretaris Barisan Pemuda Melayu, Rama Ari Pratama, mengatakan, ide awal mendirikan Keriang Bandong ini, merespon tingginya semangat para pemuda setempat. Mereka pun bekerja sama mengumpulkan bahan-bahan pendukung.
Baca juga: Prostitusi dan Miras Dominasi Kasus Pekat di KKR
“Kami gunakan botol kaca bekas. Mengumpulkannya selama tiga minggu. Ada yang beli dari penjual atau ambil dari tong sampah. Supaya lebih bermanfaat,” kata Rama Ari Pratama.
Sambut Idul Fitri
Bupati Kabupaten Kubu Raya, Muda Mahendrawan, berada di kawasan Keriang Bandong pada Rabu malam itu. Dia mengaku terkesan dengan kreativitas para pemuda ini.
“Ini bentuk solidaritas dan kekompakan warga untuk menghidupkan peradaban unggul. Dulunya orang turun ke jalan membawa obor dan berkeliling. Ini penting menghidupkan memori akar budaya,” kata Muda Mahendrawan.
Baca juga: Razia Kos Pontianak, Denda Rp 500 Ribu Jika Terciduk Ngamar
Bahkan, Muda menyebut, kreativitas seperti ini bisa memberi dampak pada peluang kepariwisataan. Terbukti dari ketertarikan pengunjung menikmati situasi yang berkombinasi dengan budaya dan tradisi lokal.
“Menghidupkan semangat Ramadhan, membentuk kebahagaiaan dan solidaritas. Banyak orang yang datang dan tertarik, sehingga ada potensi pariwisata,” ujar Muda Mahendrawan.
Baca juga: 220 Penghuni Rutan Pontianak Diusulkan Dapat Remisi
Keriang Bandong menjadi tradisi yang lekat dengan masyarakat Kalimantan Barat, termasuk di Kota Pontianak dan Kubu Raya. Dulunya, masyarakat lebih banyak menggunakan semacam obor dari bambu untuk permainan ini.
Biasanya, anak-anak dan remaja, mengarak Keriang Bandong di sekitar kawasan pemukiman. Mereka ingin membuat suasana ceria saat menyambut perayaan Idul Fitri. (RED)
Leave a Reply