LANDAK, RUAI.TV – Masyarakat adat Dayak di Desa Lamoanak, Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak, memadati kawasan Gunung Samabue pada Jumat, 23 Mei 2025.
Mereka menjalankan ritual adat Balala Pantang Nagari sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keseimbangan kepada Tuhan dan alam semesta.
Tradisi ini menjadi agenda tahunan yang dijalankan secara turun-temurun. Masyarakat meyakini Balala Pantang Nagari dapat mencegah berbagai bencana yang mengancam kehidupan manusia dan alam sekitar.
Gunung Samabue dipilih sebagai lokasi utama karena kawasan tersebut mengalami tiga titik longsor beberapa waktu lalu. Selain itu, warga Kecamatan Menjalin juga sempat menghadapi banjir bandang besar, lebih dahsyat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Dalam prosesi ritual yang berlangsung khidmat, masyarakat menyajikan sesajen berupa dua ekor ayam dan dua ekor babi. Mereka melaksanakan ritual ngalilit, yaitu menambal tanda-tanda kerusakan alam sebagai simbol perbaikan dan pemulihan.
Setelah menyelesaikan ritual di puncak gunung, warga melanjutkan prosesi dengan menghanyutkan sebuah perahu kecil ke danau besar di sekitar kawasan tersebut. Perahu itu menjadi simbol pembuangan segala penyakit, bencana, dan energi negatif yang diyakini dapat mengganggu manusia serta hewan peliharaan mereka.
Sebagai bagian dari rangkaian ritual, masyarakat kemudian menetapkan aturan adat berupa penutupan kampung (balala) selama satu hari satu malam. Mulai Jumat pukul 18.00 hingga Sabtu pukul 18.00 Wib, warga tidak menerima tamu dari luar dan tidak diperkenankan bepergian keluar kampung.
Pelaksanaan Balala Pantang Nagari tidak hanya berlangsung di Desa Lamoanak, tetapi juga serempak dijalankan di wilayah Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya. Para tetua adat mengajak seluruh warga agar menghormati dan menaati ketentuan adat ini demi keselamatan bersama.
Tradisi Balala Pantang Nagari mencerminkan kuatnya hubungan masyarakat Dayak dengan alam, serta tekad mereka untuk menjaga warisan leluhur sebagai bagian dari identitas dan kekuatan budaya.
Leave a Reply