KAPUAS HULU, RUAI.TV – Di tengah semangat masyarakat pedalaman Kalimantan Barat yang terus berjuang demi masa depan anak-anaknya, sebuah momentum bersejarah lahir di Desa Landau Badai, Kecamatan Silat Hulu.
Kamis (26/6) bukan sekadar seremoni. Bukan pula sekadar penyerahan prasasti. Itu adalah nyala harapan. Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus, bersama Wakil Bupati Kapuas Hulu, Sukardi, meresmikan SMKN 1 Silat Hulu, sebuah sekolah kejuruan yang berdiri di tengah perkampungan, mendekatkan dunia pendidikan ke pintu rumah warga.
“Masyarakat tidak perlu lagi khawatir anak-anaknya harus jauh merantau hanya untuk menuntut ilmu. Tidak perlu lagi kos, tidak perlu lagi berpisah dengan anak-anak mereka,” tegas Krisantus, dalam sambutannya yang menggugah.
Kehadiran SMKN 1 Silat Hulu bukan hanya soal bangunan fisik. Sekolah ini menjadi simbol pemerataan kesempatan dan wujud keadilan pembangunan yang menyentuh akar. Krisantus menegaskan, sekolah ini sudah terakreditasi dan memiliki kualitas setara dengan sekolah kejuruan di kota besar.
Ia juga mengajak para orang tua untuk tidak ragu menyekolahkan anak-anak mereka di SMKN 1 Landau Badai. Menurutnya, pendidikan adalah jalan menuju perubahan nasib dan harus diperjuangkan tanpa alasan.
“Walau tidak mampu, tetap harus diusahakan. Karena tidak ada yang tahu rencana Tuhan bagi anak-anak kita,” ujarnya penuh haru.
Seruan itu menggema di tengah masyarakat yang selama ini menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Kini, anak-anak di pelosok Silat Hulu bisa bermimpi lebih tinggi tanpa harus meninggalkan desa mereka.
Wakil Bupati Kapuas Hulu, Sukardi, menyambut penuh syukur kehadiran SMKN 1 ini. Ia menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Kalbar yang telah menghadirkan fasilitas pendidikan bermutu di wilayahnya.
“Kami ucapkan ribuan terima kasih. SMKN 1 ini bukan hanya sekolah, tapi pintu masa depan bagi generasi muda Kapuas Hulu,” ucap Sukardi, sambil berharap sekolah ini melahirkan lulusan-lulusan tangguh yang mampu bersaing dan mengangkat derajat keluarga serta daerahnya.
Pada hari yang sama, masyarakat juga menggelar Musyawarah Adat Melayu ke-III Wilayah Kepenggawaan Desa Landau Badai. Perpaduan antara budaya dan pendidikan menciptakan harmoni, sebuah tanda bahwa kemajuan tidak harus melupakan akar.
Di ujung Kalimantan, di tengah hutan dan sungai yang membentang, Landau Badai hari itu tak hanya menerima prasasti, tetapi juga menegaskan satu hal: mimpi anak pedalaman punya panggungnya sendiri, dan masa depan mereka sedang dibentuk hari ini.
Leave a Reply