Arsip

Sumpah Pemuda dan Realita Pahit Pengangguran di Kalbar

Advertisement

PONTIANAK, RUAI.TV – Delapan puluh sembilan tahun lebih sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan, semangat persatuan dan perjuangan tampak mulai meredup di tengah kenyataan pahit yang dihadapi generasi muda Kalimantan Barat: pengangguran, ketimpangan kesempatan, dan minimnya ruang aktualisasi diri.

Ketua Komda PMKRI Kalbar, Endro Ronianus, menyebut momen Sumpah Pemuda harus menjadi refleksi kritis terhadap kondisi pemuda hari ini.

Ia menyoroti meningkatnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kelompok usia muda berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Advertisement

Banyak lulusan SMA, SMK, hingga sarjana belum terserap dunia kerja karena keterbatasan lapangan pekerjaan.

“Provinsi ini kaya sumber daya alam, tapi masih gagal memberi ruang ekonomi yang adil bagi pemuda,” tegas Endro.

Di wilayah pedalaman, banyak anak muda bertahan di sektor informal tanpa kepastian pendapatan. Sementara di kota, kompetisi kerja semakin ketat, dan keterampilan yang dibutuhkan industri tidak sejalan dengan yang diajarkan lembaga pendidikan.

Endro menilai, pemerintah daerah harus berani berinovasi membangun ekosistem ekonomi kreatif, pertanian modern, dan pendidikan vokasi yang relevan dengan potensi lokal.

Ia juga mendorong pemuda agar tidak pasrah menjadi korban keadaan, melainkan tampil sebagai motor perubahan yang memperjuangkan keadilan ekonomi dan hak atas pekerjaan layak.

“Sumpah Pemuda 1928 adalah sumpah keberanian,” ujarnya. “Hari ini, sumpah itu perlu diperbarui dengan keberanian baru: berani menolak pengangguran struktural, berani menuntut keadilan ekonomi, dan berani membangun masa depan Kalbar dengan tangan sendiri.”

Momentum Sumpah Pemuda kali ini bukan sekadar seremoni, tetapi ujian nyata: sejauh mana bangsa memberi tempat bagi pemuda untuk hidup bermartabat di tanahnya sendiri.

Advertisement