SEKADAU, RUAI.TV – Semangat pelestarian budaya Dayak kembali menggema di Bumi Lawang Kuari. Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-14 Kabupaten Sekadau tahun 2025 resmi dibuka pada Selasa pagi, 22 Juli 2025, oleh Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, di Rumah Betang Youth Center, Kota Sekadau.
Prosesi pembukaan di tandai dengan pemukulan gong sebanyak tujuh kali, simbol di mulainya seluruh rangkaian kegiatan adat, budaya, dan kebersamaan yang telah menjadi warisan turun-temurun masyarakat Dayak.
Turut hadir dalam momen sakral ini, Bupati Sekadau Aron bersama Wakil Bupati Subandrio, Bupati Sintang Grogerius Herkulanus Bala, Bupati Sanggau Yohanes Onton, Ketua DPRD Kalbar Aloysius, jajaran Forkopimda, tokoh adat provinsi dan kabupaten, serta para pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) dari tingkat kabupaten hingga kecamatan.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Kalbar Krisantus Kurniawan menekankan bahwa Pekan Gawai Dayak bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah wujud nyata pelestarian budaya leluhur yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.
“Gawai bukan hanya perayaan, tapi cerminan jati diri kita sebagai orang Dayak. Budaya yang ditampilkan bukan hiburan semata, tapi warisan hidup yang mengikat sejarah dan masa depan kita,” tegas Krisantus.
Senada dengan itu, Bupati Sekadau Aron menegaskan komitmen Pemerintah Daerah untuk terus mengangkat dan melestarikan budaya Dayak dari seluruh sub-suku di Kabupaten Sekadau. Setiap tahun, PGD menampilkan kekayaan adat secara bergiliran, menjadikannya ajang inklusif bagi seluruh masyarakat adat.
“Kami ingin seluruh suku Dayak merasa memiliki. Gawai adalah milik kita bersama, dan Pemerintah Daerah hadir untuk mendukung pelestariannya,” ujar Aron.
Ketua DAD Kabupaten Sekadau, Jefray Raja Tugam, mengapresiasi kerja keras panitia dan para pengurus DAD kecamatan yang turut andil menyukseskan pelaksanaan PGD ke-14 ini.
Sementara itu, Ketua Panitia PGD 2025, Radius, menjelaskan bahwa Gawai akan berlangsung selama empat hari, mulai 22 hingga 25 Juli 2025. Beragam lomba, pertunjukan seni, dan tradisi khas Dayak akan mewarnai perhelatan budaya ini.
“Gawai adalah bentuk syukur masyarakat atas hasil panen padi. Ini bukan hanya pesta, tapi doa dan harapan akan kesejahteraan, keberkahan, dan keberlanjutan budaya kita,” ungkap Radius.
Bagi masyarakat Dayak, Gawai bukan hanya acara tahunan. Ia adalah ruang bertemunya akar tradisi dan harapan masa depan. Di tengah modernisasi, Gawai menjadi benteng terakhir nilai-nilai kearifan lokal, gotong royong, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur.
PGD ke-14 ini kembali mengingatkan kita semua: bahwa identitas Dayak bukan hanya pakaian adat atau tarian, melainkan roh kebudayaan yang hidup dalam keseharian dan Pekan Gawai Dayak adalah napas perayaannya.
Leave a Reply