Arsip

Beringin Keramat Tumbang, Warga Adat Sebalos Merasa Ditinggal Penjaga Leluhur

Pohon beringin raksasa yang berdiri angkuh selama ratusan tahun di Kampung Sebalos, Kecamatan Sanggau Ledo, tumbang. (Foto/ruai.tv)
Advertisement

BENGKAYANG, RUAI.TV – Pohon beringin raksasa yang berdiri angkuh selama ratusan tahun di Kampung Sebalos, Desa Sango, Kecamatan Sanggau Ledo, tumbang pada Minggu sore, 27 Juli 2025.

Angin kencang merobohkan pohon keramat itu dan menimpa beberapa rumah warga. Tak ada korban jiwa, namun duka mendalam langsung menyelimuti seluruh kampung.

Warga adat menyebut pohon ini sebagai pelai’k, lambang pelindung kampung dan simbol spiritual yang mewakili kekuatan leluhur.

Advertisement

Tumbangnya pelai’k bukan sekadar peristiwa alam, tetapi dianggap sebagai peringatan dan pertanda datangnya perubahan besar mungkin musibah spiritual, mungkin pesan alam yang selama ini terabaikan.

“Kami merasa seperti kehilangan penjaga kampung,” kata Kenedi, Kepala Adat Kampung Sebalos, saat bergotong royong membersihkan puing pohon yang menjulang hingga 50 meter itu.

Ranting dan batang tua pohon tersebut jatuh tepat di pemukiman warga. Mereka menyebut, pelai’k menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kampung sebelum gelombang investasi sawit mengubah lanskap menjadi hamparan kebun milik perusahaan.

Warga menegaskan, tumbangnya pelai’k menjadi simbol rapuhnya batas antara dunia adat dan ancaman modernisasi yang terus mendesak masuk.

“Pohon ini menandai tapak awal nenek moyang kami membangun kampung. Sekarang pelindung kami telah roboh, siapa yang akan menjaga hutan dan tanah ini?” ujar Rico, warga adat Sebalos.

Saat ini, masyarakat adat Sebalos terus memperjuangkan wilayah adat mereka seluas 117 hektare yang belum pernah mereka serahkan kepada perusahaan. Mereka juga belum menerima kejelasan status setelah kebun sawit di sekitar kampung beralih dari PT Ceria Prima ke PT Agrinas.

Masyarakat menolak menyerah. Mereka bertekad menjaga tanah leluhur yang diwariskan dengan darah dan doa, bukan dokumen dan batas palsu. Tumbangnya pelai’k justru menguatkan semangat mereka untuk mempertahankan tanah adat agar tak ada lagi penjaga yang harus rebah karena kelalaian manusia.

Advertisement