KAYONG UTARA – Tim gabungan Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resort Sukadana dan IAR Indonesia melepasliarkan tiga Orangutan korban kebakaran hutan ke kawasan Resort Kubang di dalam areal Taman Nasional Gunung Palung di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Jumat (27/9).
Arang, Bara dan Jerit ini terpaksa diselamatkan beberapa waktu lalu saat habitat asal mereka sudah habis terbakar. Saat ditemukan kondisi ketiga orang utan ini memprihatinkan, dehidrasi dan luka jerat dan terdapat luka tembakan senapan angin di beberapa bagian tubiuhnya.
Tim medis IAR Indonesia memastikan kondisi ketiga Orangutan ini dalam keadaan baik.
“Saat ini kondisi ketiga Orangutan ini sudah sehat dan siap dikembalikan ke habitatnya , kami melakukan operasi pengangkatan peluru di muka Arang pekan lalu dan sekarang lukanya sudah sembuh, begitu juga dengan luka akibat jerat di kaki Jerit,” jelas drh Joost Philippa, Advisor Tim Medis IAR Indonesia.
Lokasi pelepasan ditempuh dengan perjalanan darat selama 4 jam dan dilanjutkan dengan perahu melintasi sungai selama 1 jam serta berjalan kaki selama setengah jam.
Kawasan Batu Barat yang masuk ke dalam areal TANAGUPA ini dipilih berdasarkan hasil survey pra-pelepasan yang dilakukan oleh Balai Tanagupa dan tim IAR Indonesia.
“Berdasarkan survei lapangan yang telah kami lakukan bersama, jumlah populasi orangutan di kawasan ini masih rendah dan jumlah jenis pakan orangutan masih cukup tinggi sehingga lokasi ini sangat cocok untuk mentranslokasikan orangutan. Selain itu, status kawasan sebagai Taman Nasional juga lebih menjamin keselamatan orangutan di dalamnya,” jelas Manager Lapangan IAR Indonesia, Argitoe Ranting.
Kepala Balai Tanagupa, Ari M Wibawanto menambahkan, ntuk di Tanagupa sendiri ada 3 alternatif tempat translokasi yang sudah disurvei daya dukungnya yaitu Riam Bekinjil, Bukit Kubang dan Bukit Daun Sandar. Sudah ada 7 individu Orangutan yang dilepaskan ke kawasan, 5 diantaranya ke Bukit Kubang. Ke depan bersama para pihak, BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia akan melakukan survei lokasi-lokasi lain yang cocok untuk dijadikan tempat translokasi agar populasi Orangutan tidak menumpuk di satu tempat saja.
Hal ini penting dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup Orangutan. Apabila tempat translokasi hanya terbatas di 3 tempat tadi, kami khawatir justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Translokasi sebenarnya adalah solusi terakhir dalam upaya penyelamatan Orangutan. Seharusnya yang kita lakukan bersama adalah menjaga habitat Orangutan yang tersisa sekarang.
Arang, Bara dan Jerit adalah contoh bahwa Orangutan benar-benar berada di dalam ancaman. Oleh karena itu saya mengajak semua masyarakat dan juga semua pihak untuk tidak melakukan pembakaran hutan, tidak menebang hutan dan juga tidak melakukan perburuan liar.
Sementara itu Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor menuturkan keberhasilan penyelamatan satwa liar ini, khususnya orangutan, di satu sisi merupakan sebuah capaian tetapi di sisi lain menggambarkan sebuah keprihatinan yang mendalam.
Kegiatan penyelamatan tersebut hanyalah sebuah tindakan kecil, dibandingkan dengan langkah-langkah dan kebijakan harus diambil untuk menghentikan dan mencegah bencana yg berkelanjutan dan berulang ini.
Dalam kesempatan lain Karmele L Sanchez , Direktur IAR Indonesia menyatakan Landscape Tanagupa dan sungai putri merupakan suatu metapopulasi orangutan yang cukup penting dengan jumlah yang diperkirakan 3,280 (PHVA 2016) dengan viabilitas cukup tinggi.
Oleh karena itu tempat yang paling tepat untuk translokasi orangutan ini adalah di Tanagupa, lokasi yang masih aman dan berada dalam metapopulasi yang sama. Orangutan ini jadi korban kebakaran, tetapi sangat beruntung sekali karena tim dari BKSDA dan IAR bisa menyelamatkan mereka, dan bisa dikembalikan ke hutan yang aman di Tanaguoa. Kami senang sekali karena 3 orangutan ini bisa selamat dan bisa kembali ke alam untuk melanjutkan hidupnya. (Red).
Leave a Reply