SEKADAU – Sejumlah warga dan pelajar saat ini kesulitan untuk melewati kerusakan jalan di wilayah Desa Merbang dan Timpuk, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau saat ini.
Saking sulitnya melewati jalan karena kondisi rusak parah, pengendara kerap terjatuh melintasin jalan yang masih tanah kuning tersebut, termasuk sejumlah pelajar mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA yang mengenyam pendidikan di wilayah itu.
Jalan ini juga bisa ditempun melewati Kecamatan Belitang Hilir, meskipun sebagian besar perusahaan yang berinvestasi di wilayah tersebut juga banyak menggunakan jalan ini, namun seolah-oleh hanya tutup mata dengan kondisi tersebut.
Salah satu pemuda Kabupaten Sekadau, Albertus Wawan mengatakan, bahwa sebagai orang Sekadau sangat prihatin dengan kondisi ini, ia pun menilai perusahaan yang beroperasi di daerah itu hanya mengambil keuntungan semata.
“Miris sekali. Kepada perusahaan yang berdomisili di Kecamatan Belitang Hilir jangan hanya ingin mengambil keuntungan dari hasil tanah yang di serahkan oleh masyarakat, tetapi sarana transportasi masyarakat di perhatikan juga mengingat Pemkab Sekadau sedang minim APBD,” ungkapnya kepada ruai.tv, Sabtu (9/3) sore.
Albertus Wawan menambahkan dengan kondisi jalan rusak seperti ini perusahaan jangan semata menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) saja, melainkan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
“Tidak ada lagi bahasan CSR kalau jalan sudah hancur, harus perlakuan khusus tentu harapan kita berkelanjutan (continue) sebab di musim kemarau juga tidak di perbaiki apalagi musim hujan. Ya harus ada ketegasan dari Pemkab melalui instansi terkait jangan seperti kerjaan anak-anak hanya di sekrap menggunakan alat berat, kapan bagusnya? tentu harapan kita menggunakan material batu/cirtu jika kita bandingkan jalan kebun mereka mulus kok, jalan sepertinya susah mereka memperbaikinya ada apa ini?,” imbuh Wawan dengan penuh pertanyaan.
Albertus Wawan juga mempertanyakan terkait MoU antara Pemkab Sekadau dan pihak perusahaan, yang dibuktikan dengan tanda tangan dalam selembar kertas pada 30 Januari 2019 lalu. Dimana dalam MoU tersebut pihak perusahaan siap membantu pemerintah memperbaiki kerusakan jalan di wilayah Belitang, namun pada kenyataannya jalan di wilayah tersebut masih saja rusak.
“Tentu kita pertanyakan padahal sudah sepakat per tanggal 30 Januari 2019, kenapa belum ada realisasi di lapangan. Ya kalau nunggu musim kemarau mau kapan. Kalau tidak mampu memperbaiki secara keseluruhan cukup untuk roda 2 saja pun kami terima,” ungkapnya dengan nada kesal. (Red).
Leave a Reply