SINTANG, RUAI.TV-Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-79 diperingati hari ini, sabtu, 17 Agustus 2024. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan 17 Agustus 1945 silam.
Pastor Stefanus Suwandi, Pr dari Paroki Santa Maria Tanpa Noda – Ambalau (Paramba), Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat mengajak umat Khatolik khususnya melakukan refleksi yang mendalam tentang makna kemerdekaan dalam konteks iman dan kebijaksanaan.
Pastor Suwandi mengajak umatnya di mana Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang perayaan sejarah bangsa tetapi juga kesempatan untuk introspeksi dan perbaikan diri dalam terang ajaran Kristus.
Makna Kemerdekaan yang Sejati
Pastor Stefanus Suwandi menekankan bahwa kemerdekaan sejati lebih dari sekadar kebebasan dari penindasan eksternal.
“Kemerdekaan sejati bukan hanya tentang bebas dari penjajahan atau penindasan eksternal,” katanya. “Lebih dari itu, kemerdekaan sejati adalah kebebasan dari penindasan internal—dosa, ketakutan, dan segala hal yang menghalangi kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.”
Menggunakan bacaan Kitab Suci sebagai dasar refleksi, Pastor Suwandi membuka wawasan tentang bagaimana kebijaksanaan dan keutamaan memainkan peran penting dalam memahami dan menghidupi kemerdekaan yang sejati.
Bacaan dari Kitab Sirakh (Sirakh 10:1-8) menggarisbawahi pentingnya kebijaksanaan dalam kepemimpinan.
“Seorang pemimpin yang bijaksana membawa kesejahteraan, sementara yang tidak bijaksana membawa kehancuran. Namun, kebijaksanaan ini tidak hanya relevan bagi para pemimpin, tetapi juga bagi kita semua,” ujar Pastor Suwandi.
Kebijaksanaan yang dimaksud tidak hanya berkisar pada pemilihan keputusan yang tepat tetapi juga pada bagaimana kita menggunakan kemerdekaan kita untuk kebaikan bersama.
“Kemerdekaan bukanlah kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa batasan, melainkan kebebasan yang diatur oleh kebijaksanaan dan keutamaan,” jelasnya. Dengan kebijaksanaan, kita dapat memastikan bahwa tindakan dan keputusan kita membawa manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat.
Kemerdekaan dan Tanggung Jawab: Pesan dari Surat Petrus
Dalam surat pertama Petrus (1 Petrus 2:13-17), Pastor Suwandi mengingatkan umat untuk tidak menyalahgunakan kemerdekaan mereka. Rasul Petrus menulis, “Hiduplah sebagai orang merdeka, tetapi janganlah pergunakan kemerdekaan itu sebagai alasan untuk berbuat jahat.” Ini menekankan bahwa kemerdekaan sejati adalah kebebasan dari segala bentuk perbudakan dosa dan egoisme.
“Memiliki kemerdekaan berarti kita memiliki kebebasan untuk memilih yang baik dan menghindari godaan yang membawa kita ke jalan yang salah,” kata Pastor Suwandi.
Dalam konteks iman, ini berarti bahwa kebebasan kita harus digunakan untuk melayani dan mengasihi sesama serta menghormati Tuhan dalam segala hal. “Kemerdekaan kita harus membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan membuat kita lebih peduli terhadap kesejahteraan orang lain,” tambahnya.
Keseimbangan Antara Tanggung Jawab Duniawi dan Spiritual
Dalam Injil Matius (Matius 22:15-21), Yesus memberikan pelajaran tentang keseimbangan antara kewajiban duniawi dan kewajiban spiritual. Ketika ditanya tentang kewajiban membayar pajak kepada Kaisar, Yesus menjawab, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Pesan ini mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam hidup kita.
“Kemerdekaan pribadi berarti kita bebas untuk memenuhi tanggung jawab kita sebagai warga dunia, tetapi juga untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan,” jelas Pastor Suwandi.
Ini adalah pengingat bahwa dalam menjalani kehidupan kita sebagai warga negara, kita juga harus mempertimbangkan tanggung jawab spiritual kita dan mengedepankan kehendak Tuhan dalam setiap tindakan kita.
Refleksi dan Aksi: Menghidupi Kemerdekaan yang Sejati
Pada hari perayaan ini, Pastor Suwandi mengajak umat untuk merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita benar-benar hidup dalam kemerdekaan yang sejati? “Apakah kita menggunakan kebebasan kita untuk memilih yang baik, untuk membangun diri kita menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Tuhan, dan untuk membawa damai dan cinta kasih ke dalam dunia ini?” tanya Pastor Suwandi.
Dengan semangat refleksi ini, Pastor Suwandi mengharapkan bahwa perayaan Hari Kemerdekaan ini dapat mengingatkan kita untuk menghargai dan memanfaatkan kemerdekaan yang telah diberikan Tuhan kepada kita. “Kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan dan keterpurukan, tetapi juga tentang menjadi umat beriman yang bebas dari dosa yang merusak hidup,” tegasnya.
Kesimpulan: Merdeka dalam Iman dan Kebijaksanaan
Hari Kemerdekaan tahun ini di Paroki Paramba menekankan bahwa kemerdekaan sejati adalah tentang lebih dari sekadar kebebasan dari penindasan eksternal. Ini adalah kesempatan untuk pembebasan internal dari segala hal yang menghalangi kita dari hidup sesuai dengan ajaran Tuhan. Dalam semangat refleksi ini, Pastor Suwandi mengajak semua umat untuk menggunakan kemerdekaan mereka dengan bijaksana, mengasihi sesama, dan hidup dalam damai sejahtera yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan.
“Dirgahayu Indonesia ke-79 tahun! Semoga kita semua terus diberkati dan dipandu dalam iman dan kasih Kristus,” tutup Pastor Suwandi dengan penuh harapan.
P. Stefanus Suwandi, Pr (Pastor Paroki Santa Maria Tanpa Noda-Ambalau, Keuskupan Sintang)
Leave a Reply