GUNUNG MAS – Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Cornelis melalui Sekjen MADN Yakobus Kumis menyampaikan, bahwa Seminar Internasional dan Ekspedisi Napak Tilas Damai Tumbang Anoi 1894 tahun 2019 yang diselenggarakan dari 22-24 Juli di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, merupakan bentuk kesungguhan dari kita semua, terutama para penggagas, Panitia serta Pemerhati Bangsa Dayak, seluruh perangkat Kebudayaan bangsa Dayak terlebih khusus perhatian dan dukungan dari Gubernur Kalimantan Tengah, Ketua Umum DAD Prov. Kalimantan Tengah.
Dalam rilis yang diterima ruai.tv Sekjen MADN Yakobus Kumis menyampaikan, paling tidak ada 9 (Sembilan) Tujuan Utama yang harus bisa dicapai bersama yakni;
1. Terbangunnya kesamaan persepsi di kalangan para cerdik Pandai Dayak dan Pemimpin bangsa Dayak atau lembaga-lembaga Masyarakat Dayak tentang kedudukan, peran, dan fungsinya dalam tatanan kehidupan Bangsa Dayak disegala bidang: Politik, Ekonomi, Sosial, budaya dan Ketahanan masyarakat Dayak dalam menghadapi tantangan global. (Bangsa Dayak jangan alergi terhadap politik, melalui Pirantik politik tersebut kita bisa melakukan perubahan yang lebih cepat dan menyeluruh dalam tatanan hidup bangsa Dayak).
2. Terbentuknya sebuah pola pikir serta persepsi yang sama para cendekiawan dan Pemimpin Bangsa Dayak organisasi atau lembaga-lembaga bangsa Dayak bahwa kita harus bersatu di berbagai tingkatan untuk menghadapi percaturan pesaingan global di berbagai bidang kehidupan, meningkatkan rasa solidaritas, kebersamaan, serta memelihara dan memupuk perasaan senasib sebagai bangsa Dayak. (Jangan saling meniadakan karena kepentingan Politik, karena aku Dayak asli kamu bukan (hasil kongres Dayak Internasional 1, Dayak identic dengan Darah), kamu Katolik saya Kristen Protestan, Kamu Islam saya bukan, kamu dayak ahe saya dayak ulu dll, Kalau bukan Dayak yang berkuasa kadang kita diam kalau ada ketidak adilan dll, tapi kalau Dayak yang berkuasa kita sesama Bangsa Dayak paling mudah di adu unutk segra bereaksi terhadap sesama kita).
3. Munculnya Kesadaran bangsa-bangsa semakin kuat dengan mengakui bahwa bangsa Dayak itu ada dan sebagai Penduduk (suku) Asli yang mendiami Pulau Borneo, yang ditunjukan dengan apresiasi bangsa-bangsa terhadap kedudukan, peran dan fungsi Bangsa Dayak bagi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya dan kemasyarakatan di negara masing-masing dan di kancah dunia. (PBB dll).
4. Munculnya Kesadaran dan terbukanya mata bangsa-bangsa di dunia bahwa bangsa Dayak adalah Penyelamat keberlangsungan hidup di dunia ini, dengan menjaga kelestarian hutan sebagai Paru Paru Dunia, sehingga muncul pengakuan dari PBB dan lembaga formal dunia tentang eksistensi bangsa Dayak. (ini lebih domain tugas dan peran BDF).
5. Terbukanya wawasan dan kesepahaman diantara sesama Bangsa Dayak tentang keberadaan Bangsa Dayak sekarang dan akan datang dalam menghadapi perubahan dunia yang sangat ekstrim.
6. Munculnya komitmen-komitmen bersama untuk mempertahankan keberadaan Bangsa Dayak: Misalnya soal SDM Bangsa Dayak, Soal Transmigrasi, soal KB, soal Kesejahteraan, Infrastruktur (jalan/rel kereta api).
7. Mencari solusi dan format ideal untuk mempertahankan Harkat, Martabat, Keberadaan dan eksistensi Bangsa Dayak menyikapi rencana pemindahan Ibukota Negara ke Pulau Kalimantan. (rumusan kajian yang komperehensif kepada presiden dan lembaga tinggi negara, dalam rangka mewujudkan menjadi Tuan di Tanah sendiri, Jangan Punah, Konflik dll).
8. Disinyalir Hampir 50% Produk UU atau Peraturan yang ada di Indonesia tidak berpihak kepada Masyarakat Bangsa Dayak? (UU Pokok Agraria, UU Pertambangan, UU Perkebunan, UU Kehutanan, UU Investasi, UU Pemerintah dan Otonomi Daerah dan banyak lagi yang lainnya)? Tentu ini problem. (Bandingkan dengan jumlah DPR RI dari bangsa Dayak).
9. Buat Resolusi Bersama Bangsa Dayak dalam bentuk pokok Pikiran dan Rekomendasi yang di Tujukan kepada Presiden RI (Soal Mentri dan jabatan strategis nasional/juga kepada lembaga-lembaga internasional, PBB dll).
“Untuk merumuskan 9 hal/tujuan diatas tentu tidak akan cukup ruang dan waktu bagi kita untuk membahasnya secara tuntas. Karena itu tugas SC untuk membentuk Tim yang nanti di matangkan kembali dalam kegiatan Seminar Internasional kaum cendikia/intelektual dayak se-dunia dalam HUT ke 12 DAD Kalimantan Tengah yang akan dilaksanakan awal bulan September 2019,” jelas Yakobus Kumis melalui keterangan tertulisnya. (Red).
Leave a Reply