PONTIANAK – Sejumlah Mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Kalimantan Barat sempat akan menggelar aksi damai menyampaikan aspirasi mereka pada kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kota Pontianak, Kamis (5/9).
Aksi tersebut di pelopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untan Pontianak, namun gagal digelar karena tidak diperbolehkan meski sempat dilakukan negosiasi antara mahasiswa dan aparat keamanan.
Karena tidak diperbolehkan menggelar aksi, suasana sempat menegangkan akibat adanya aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat saat aparat tidak mengizinkan mahasiswa keluar menuju lokasi yang sebelumnya telah disepakati yaitu Bundaran Digulis Untan. Akibatnya, kericuhan pun tak dapat dihindari.
”Ternyata setelah dilapangan, aparat memblokade dan tidak mengizinkan mahasiswa keluar ke Bundaran, sehingga mahasiswa terhenti didepan Sekre BEM Untan,” jelas Kaharudin sebagai Presiden Mahasiswa.
Kaharudin menambahkan, selama masa blokade peserta aksi terus berupaya melakukan negosiasi dan tetap menjaga kondusifitas. Namun yang ia sayangkan provokasi justru dimulai oleh aparat.
”Kami menilai tindakan seperti itu merupakan pencederaan nilai demokrasi, karena ada upaya menghalangi masyarakat dalam menyampaikan pendapat dimuka umum yang seharusnya dilindungi sesuai amanah undang-undang,” tuturnya.
Akibat dari ketegangan tersebut, terdapat 12 mahasiswa dan 1 Pers mahasiswa di tahan aparat.
Sedangkan salah satu mahasiswa bernama M.Iqbal diduga mengalami luka dan lebam di leher dan beberapa mahasiswa lainnya mengalami luka ringan.
Sebelumya, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (5/9/2019).
Dalam kunjungannya, Presiden menyerahkan sertifikat program tanah objek Reforma Agraria (TORA) yang merupakan program pembebasan lahan hutan menjadi hak milik masyarakat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI kepada sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh adat di Taman Degulis Untan Pontianak.
Dalam kunjungannya ini, Presiden juga menyerahkan sertifikat tanah kepada sejumlah masyarakat di Rumah Radankg, Jalan Sultan Syahrir dan dilanjutkan peninjauan Water front city di Tepian Sungai Kapuas.
Kesempatan itulah yang dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya terkait permasalahan yang terjadi maupun koreksi terhadap kinerja Pemerintah saat ini. (Red).
Leave a Reply