Arsip

Eceng Gondok Ngamuk Penuhi Sungai Ketungau di Kalimantan Barat, Masyarakat Terkena Dampak

Penampakan Eceng Gondok di Sungai Ketungau, dengan Panjang Ratusan Kilo Meter Tutupi Permukaan Sungai, tepatnya Desa Maung (Laut), Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Kalbar. 02/08/2024. Foto/Ist
Advertisement

SINTANG, RUAI.TV — Sebuah peristiwa alam yang mengejutkan terjadi di Desa Maung (Laut), Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, di mana ratusan meter Sungai Ketungau kini tertutup rapat oleh eceng gondok. Fenomena ini mengakibatkan alat transportasi tidak dapat melintas dan menyebabkan gangguan signifikan bagi kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Menurut keterangan dari Usman, seorang warga Ketungau Hilir, penyebab utama dari fenomena ini adalah meluapnya eceng gondok dari Sungai Segarau.

“Sungai Segarau, yang sebelumnya merupakan jalur transportasi penting bagi masyarakat di Desa Munggu Kelapa dan masyarakat Sungai Mali, kini nyaris tidak bisa dilewati karena pertumbuhan eceng gondok yang sangat pesat. Ketika hujan deras, tanaman ini hanyut ke Sungai Ketungau dan menutup seluruh permukaan air,” ungkap Usman.

Advertisement

Usman juga menyebutkan bahwa situasi ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan sawit PT. Bahana Hijau Abadi (BHA).

“Sungai Segarau telah mengalami pembukaan lahan yang luas oleh perusahaan sawit, menyebabkan bantaran sungai terbuka. Pembukaan ini memungkinkan eceng gondok tumbuh lebih cepat dan menyebar. Selama ini, perusahaan tidak melakukan pembersihan rutin, yang memperburuk situasi,” lanjutnya.

Perusahaan sawit PT. Bahana Hijau Abadi (BHA) yang beroperasi di area tersebut dituding sebagai penyebab utama dari krisis ini. Pembukaan area di bantaran sungai hingga ratusan meter untuk keperluan industri dinilai telah mengubah ekosistem sungai, menjadikannya lebih rentan terhadap pertumbuhan eceng gondok. Penurunan kualitas lingkungan ini berdampak pada kemampuan sungai untuk mendukung kehidupan akuatik dan sebagai jalur transportasi.

Pada 1 Agustus 2024 malam, hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut menyebabkan volume air meningkat secara signifikan, membawa serta eceng gondok yang memenuhi Sungai Ketungau. Alhasil, perahu dan alat transportasi lainnya tidak dapat beroperasi, menghambat mobilitas masyarakat dan berdampak pada distribusi barang dan jasa.

Masyarakat setempat mengungkapkan kekhawatiran dan frustrasi mereka terhadap situasi ini. Usman menambahkan, “Sungai Segarau sebelumnya merupakan jalur vital bagi transportasi dan sumber daya alam seperti ikan. Kini, dengan kondisi sungai yang tertutup eceng gondok, kehidupan sehari-hari kami terhambat. Kami membutuhkan solusi segera untuk mengatasi masalah ini.”

Dalam upaya menanggapi masalah ini, beberapa langkah perlu diambil secara mendesak:

  1. Pembersihan Sungai: Segera melakukan pembersihan eceng gondok dari Sungai Ketungau untuk memulihkan fungsi transportasi dan ekosistem sungai.
  2. Evaluasi Dampak Lingkungan: Melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan sawit untuk memahami dampaknya dan mengidentifikasi solusi yang diperlukan.
  3. Dialog dengan Perusahaan: Mengadakan pertemuan dengan PT Bahana Hijau Abadi untuk membahas tanggung jawab mereka dan langkah-langkah perbaikan yang harus diambil.
  4. Pengawasan dan Regulasi: Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan di sekitar sungai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
  5. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan perbaikan untuk memastikan solusi yang berkelanjutan.

Pihak berwenang diharapkan segera merespons dan mengatasi situasi ini untuk meminimalkan dampak bagi masyarakat dan memastikan bahwa Sungai Ketungau dan Sungai Segarau dapat berfungsi kembali sebagai jalur transportasi yang efektif dan berkelanjutan. RED.

Advertisement