SEKADAU – Berton-ton sudah buah Tengkawang jatuh berguguran di Dusun Resak Balai, Desa Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, kabuoaten Sekadau. Warga masih berharap harga terbaik menghampir buah musiman yang menjadi icon Sekadau itu.
“Harapannya jelas harga baik, agar berimbang dengan karet atau juga sawit. Kendalan sekarang cuaca yang tidak menentu, sehingga mau mengasapi Tengkawang pun terbilang sulit,” ujar tokoh pemuda kampung Resak Balai, Lisasius (11/2).
Pantauan dilapangan, Pondok-pondok warga pun mulai dibangun di sekitaran kebun Tengkawang yang jauh dari kampung, guna menyetok buah yang gugur atau sekedar untuk istirahat siang saat menyampah buah Tengkawang. Suasana dikampung mulai terasa hidup, karena tengkawang terakhir berbuah lebat pada tahun 2010 silam.
“Dulu harga mentah tembus Rp1.000 perkilo, kalau yang kering sudah diasapi sekitar Rp3.000 perkilo nya, akses jalan dulu sulit, hanya akses jalan kaki jadi mau berjual pun tidak bisa membawa banyak,” paparnya.
Ia menambahkan, jika kondisi sekarang harga baru menyentuh Rp 750 perkilo, untuk yang kering dan sudah diasapi sekarang tembus Rp1.500 perkilo.
“Semoga kedepan harga lebih baik, mengingat buah Tengkawang ini paling lama sampai sebulanan, kisaran akhir Maret sudah habis biasanya,” tutup pria dua anak itu.
Untuk diketahui bahwa Tengkawang merupakan kayu Khas Kalimantan khususnya di Kalimantan Barat. Sekitar tahun 1990 an harga buah Tengkawang masih menjadi andalan masyarakat Kalimantan Barat daerah pedalaman untuk menopang ekonomi selain karet. Selain harga buah yang cukup tinggi, batang Tengkawang juga bisa dijadikan bahan material bangunan rumah, dimana kukit Tengkawang juga bisa dijadikan dinding Pondok bagi petani ladang di daerah.
Seiring perkembangan Zaman, kini pohon khas Kalimantan itu semakin hari semakin sedikit diduga akibat pembalakan dan dimanfaatkan oleh pengusaha besar. Kini pohon Tengkawang Semakin sedikit, namun di komunitas tertentu masih dijaga dan dipelihara dengan baik. Di komunitas masyarakat tengkawang juga sebagai penopang ekonomi,namun kini harganya tidak semahal seperti belasan tahun lalu. (Red).
Leave a Reply