Arsip

Workshop Karungut Dorong Pelestarian Sastra Lisan Kalbar

Peserta sedang mengikuti Workshop dan Pertunjukan Sastra Lisan Karungut di Langkau Etnika Kalbar. (Foto/ruai.tv)
Advertisement

PONTIANAK, RUAI.TV – Workshop dan Pertunjukan Sastra Lisan Karungut yang digelar Langkau Etnika Kalbar sukses menjadi stimulus bagi tumbuh kembang sastra lisan di Kalimantan Barat.

Kegiatan yang berlangsung 24–26 September 2025 di Langkau Art Space ini menghadirkan 30 peserta dari berbagai komunitas seni dan didukung penuh oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

Workshop ini memperkenalkan asal-usul dan nilai sakral Karungut, tradisi sastra lisan masyarakat Dayak Ngaju–Uut Danum. Peserta mempelajari bahwa Karungut tidak sekadar hiburan, melainkan sarana sakral dalam upacara Kaharingan, festival budaya, pernikahan, hingga tembang pengantar tidur anak pada masa lalu.

Advertisement

Seniman Uut Danum, J. Nyahu Marvi Bungai atau Jo, membawakan materi tentang akar Karungut dalam ajaran Kaharingan. Ia menjelaskan, Karungut berasal dari tembang Karunya yang diyakini mengiringi turunnya manusia pertama oleh Ranying Hatalla.

“Karungut bukan sekadar pantun, melainkan media sakral untuk menyampaikan nasihat, mitologi, dan pesan moral,” kata Jo.

Hari kedua, workshop semakin hidup dengan narasumber Feliks Ivan Thambun, musisi tradisi Uut Danum, dan Billie Agrie Oktada sebagai music director.

Mereka memandu peserta mengeksplorasi elemen musikal Karungut, memadukan irama tradisional dengan sentuhan kontemporer. Peserta kemudian dibagi kelompok untuk menampilkan interpretasi Karungut hasil eksplorasi mereka.

Karungut dikenal komunikatif, kerap diiringi kacapi, rabab, katambung, dan kollatung, serta kini dipadukan dengan band modern. Maestro seperti Syaer Sua, Bilton, Ucun A. Tingang, dan Ujai Mura telah mengangkat Karungut dalam lirik yang mengisahkan legenda penciptaan hingga pesan moral kehidupan.

Puncak kegiatan ini tersaji dalam Pertunjukan Kolaboratif Karungut bertajuk Bahing Pomollum yang berarti “senandung kehidupan.”

Pertunjukan berdurasi 25 menit di malam puncak Langkau Culture Art Festival #3 pada 28 September 2025 itu menghadirkan 12 seniman dan memukau 487 penonton. Perpaduan musik, tari, teater, dan visual media menghadirkan harmoni masa lalu dan masa kini sekaligus menjadi media edukasi dan rekreasi budaya.

Workshop dan pertunjukan ini menegaskan peran komunitas seni dalam menjaga keberlanjutan sastra lisan Karungut agar tetap hidup di tengah budaya kontemporer.

 

Advertisement