Nanga Suri adalah sebuah desa yang terletak sekitar 70 km dari ibukota kabupaten Sekadau dan sekitar 3 km sebelum ibukota kecamatan Nanga Mahap.
Di desa ini terdapat beberapa orang yang memiliki keahlian sebagai pandai besi. Namun yang menekuni pandai besi sebagai profesi hanya satu orang, yaitu Pak Suryadi Ibon (Nama Panggilan: Pak Ibon)
Era globalisasi juga berdampak pada perikehidupan masyarakat pedesaan. Termasuk penyediaan alat-alat kerja keperluan sehari-hari seperti pisau, parang, pisau toreh dan lain-lain. Meskipun demikian, minat masyarakat terhadap alat-alat kerja sehari-hari yang diproduksi secara tradisional masih sangat tinggi. Sebab, ketersediaan alat-alat kerja produksi dari luar daerah, belum tentu sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan penduduk setempat.
Di sisi lain, para ahli betempa’ (pandai besi) di perhuluan sungai Sekadau, sudah banyak yang uzur dan tidak lagi berproduksi. Akibatnya, permintaan tinggi terhadap alat-alat kerja sehari-hari, tak sanggup dipenuhi oleh Pak Ibon.
Menyikapi hal tersebut, Pak Ibon tergerak untuk membagi ilmunya pada kaum muda yang berminat. Selain itu, ada semacam tanggung jawab terhadap kebudayaan. Termasuk kemampuan membuat senjata khas Dayak, yaitu Mandau.
“Jangan sampai generasi muda kita justru melihat dan membeli Mandau buatan dari daerah luar saja.”
Sayangnya, beliau sendiri memiliki keterbatasan untuk mewujudkan niat baik tersebut. Sebab utama, peralatan kerja sebagai PENEMPA’ miliknya tak lagi memadai untuk dijadikan bengkel pelatihan.
Besar harapan beliau, pihak-pihak pemerintahan yang terkait, dapat mengapresiasi dan menunjukkan aksi nyata kepedulian.:: Amrin zuraidi rawansyah
[youtube]http://youtu.be/VJmQDRHsrQ4[/youtube]
Leave a Reply