JAYAPURA, RUAI.TV – Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, mengungkap fakta mengejutkan tentang maraknya perampasan wilayah adat di Papua, terutama di bagian selatan.
Pernyataan itu disampaikan usai pertemuan masyarakat adat bersama Pelapor Khusus PBB bidang hak-hak masyarakat adat, Albert K. Barume, pada 4–5 Juli 2025 di Jayapura.
Rukka menyoroti keterkaitan antara diskriminasi rasial terhadap orang Papua dengan cepatnya proses penguasaan wilayah adat oleh negara atau korporasi.
“Di atas diskriminasi itu, perampasan wilayah adat terjadi lebih mudah, cepat, dan dalam skala besar. Ribuan hektare lahan bisa hilang dalam semalam, hancur begitu saja,” ungkapnya tegas.
Ia menambahkan, masyarakat adat di Papua berjuang hampir tanpa dukungan. “Solidaritas nasional terhadap mereka sangat lemah. Mereka hampir berjuang sendirian,” ucap Rukka.
Ia berharap kehadiran Pelapor Khusus PBB dapat membuka mata dunia dan terutama rakyat Indonesia terhadap kenyataan yang selama ini tertutup.
“Kita semua berhak atas penghidupan yang lebih baik. Tapi bukan berarti kita boleh mendapatkannya dengan mengisap darah, air mata, dan hak-hak masyarakat adat Papua,” kata Rukka.
Terkait langkah AMAN pasca pertemuan, Rukka memastikan pihaknya tidak akan tinggal diam. “Kami akan memperkuat kerja-kerja yang selama ini sudah dilakukan oleh teman-teman akar rumput, seperti LBH Papua, Pusaka, dan media independen seperti Jubi, yang selama ini nyaris berjuang sendirian,” ungkapnya.
AMAN juga menyiapkan strategi memperkuat posisi masyarakat adat di hadapan negara. “Kami akan memastikan informasi yang diterima Pelapor Khusus PBB benar-benar mewakili realitas di lapangan, bukan versi sepihak dari pemerintah,” tegasnya.
Tak hanya itu, AMAN akan mengonsolidasikan gerakan perempuan adat dari Merauke hingga Sorong serta mengaktifkan generasi muda.
“Generasi muda harus bangga terhadap tanah leluhur. Perampasan wilayah adat bisa terjadi cepat karena anak-anak muda kita mulai kehilangan kebanggaan terhadap identitasnya sendiri,” katanya.
Rukka menutup dengan seruan: masa depan masyarakat adat bergantung pada kesadaran generasi muda. “Mereka harus kembali, bangga, dan siap mempertahankan tanah leluhur dengan bayaran apa pun,” tegasnya.
Leave a Reply