PONTIANAK, RUAI.TV – Seorang warga yang merupakan putra dayak Asal Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, mengirim surat terbuka kepada Presiden RI, Joko Widodo.
Surat tersebut berkaitan kerusakan jalan yang tak kunjung diperbaiki oleh pemerintah, terlebih Kalimantan kaya akan Sumber Daya Alam (SDA).
Dia adalah Tito Fratno. Putra asal Kabupaten Sintang ini juga mengeluhkan hasil alam yang dikelola oleh pengusaha tidak sebanding dengan infrastruktur yang masyarakat rasakan saat ini.
Berikut isi lengkap surat terbuka yang disampaikan kepada Presiden RI, Joko Widodo:
Surat Terbuka Kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo.
Kepada Yth:
Bapak Presiden Indonesia
Bapak Joko Widodo
Di. Istana Negara
Dengan Sangat Hormat,
Saya, Tito Fratno, seorang anak Dayak yang bermukim di Ketungau Hulu, Kalimantan Barat.
Nenek moyang kami telah ada di pulau Kalimantan entah berapa abad lalu. Kami orang-orang Dayak adalah penduduk pertama atau asli di pulau Kalimantan. Secara turun temurun nenek moyang kami hidup dari hutan, dari sumber daya hutan, dan bercocok tanam.
Hutan Kalimantan kami yang kaya telah dirampas berbagai pihak puluhan tahun. Dulu kaya akan rotan, dan sekarang sulit untuk mendapatkannya lagi. Nenek moyang kami dulu makan pucuk rotan yang enak, sekarang kami hanya dengar ceritanya.
Dulu ada pohon tengkawang sekarang sulit melihatnya lagi. Hutan kami yang adalah sumber kehidupan kami telah dirampas di depan mata kami. Dulu kalau anak Dayak perlu sayur, hanya perlu bawa parang masuk hutan, dan pulang akan ada makanan untuk anak-anak, tetapi sekarang hampir tidak ada hutan lagi.
Berbagai perkebunan menurut pengamatan saya adalah penyebab paling utama hilangnya hutan kami. Para konglomerat yang sudah kaya, dan tak pernah puas dengan kekayaan mereka, telah menyebabkan hutan kami digantikan berbagai tanaman lain.
Hutan kami ditebang habis, dan tentu kayunya mereka jual dan beli alat berat, kemudian mereka menanam kembali pohon sawit, akasia dll.
Semua perkebunan, dan yang namanya hutan industri, tidak ada manfaatnya bagi anak Dayak. Mereka menanam kemudian menebangnya, ribu hektar hanya mempekerjakan beberapa orng Dayak.
Bapak Presiden pasti mengerti bahwa segala macam perkebunan itu ada manfaatnya, tetapi hanya bagi segelintir orang yang membubuhkan tanda tangan mereka di surat ijin.
Sampai saat saya tulis surat ini, jalan menuju ke Ketungau Hulu, tanah kelahiran saya, jalannya masih lebih parah dari kubangan babi. Harga minyak yang merata hingga Papua, saya dengar melalui TV membuat kami iri pada saudara di Papua. Terlebih ketika melihat di TV jalan mulus di tanah Papua.
Kepada siapa lagi Bapak Jokowi, kami berharap jika bukan kepada Bapak, karena pemimpin kami terlalu gampang dibeli.
Para menteri, dengan sangat gampang hanya memakai pen dan penggaris menarik garis dari satu titik ke titik lain menetapkan wilayah HTI, ini perkebunan, tanpa ingat bahwa itu tanah orang Dayak.
Melihat semua itu terjadi, sebagai anak Dayak, hanya air mata yang berderai. Mengangkat mandau sudah bukan opsi, atau mengusir mereka dengan mangkok merah, juga bukan pilihan.
Satu-satunya yang paling beradab, ialah menulis kepada Bapak Presiden. Semua perkebunan yang tidak menguntungkan orang Dayak tolong Bapak hentikan. Tolonglah Bapak Presiden yang menjadi harapan orang Dayak, para konglomerat itu sudah sangat kaya, sementara anak-anak Dayak hanya perlu semangkok nasi dengan lauk-pauk dari hutan mereka.
Dengan penuh harap dan penuh hormat kepada Bapak Presiden Joko Widodo.
Ketungau Hulu, Kalimantan Barat, 29 April 2024
Tito Fratno.
Leave a Reply