PONTIANAK – Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak bersama Yayasan ASRI dan PT. Hutan Ketapang Industri berkomitmen menjaga sumber daya alam (SDA) melalui peningkatan konservasi untuk menghijaukan hutan dengan menghindari ilegal loging, seperti diantaranya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak menebang hutan dan berladang secara berpindanh.
Untuk mengali potensi hutan dengan cara tidak merusak hutan itu sendiri, perwakilan dosen Fakultas Kehutanan Untan Farah Diba mengatakan, pihaknya akan melakukan riset dan penelitian di wilayah Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dengan melibatkan mahasiswanya, terkait bagaimana mengali sumber daya alam yang ada, termasuk melakukan penghijauan serta bagaimana mengelola hutan diwilayah itu agar tidak rusak serta memiliki manfaat yang besar bagi keberlangsungan hidup manusia.
“Nanti kita akan melakukan kajian seperti riset dan penelitian dengan melibatkan mahasiswa, untuk mengolah hutan dengan tidak merusak hutan itu, sperti mengolah madu kelulut yang tidak merusak hutan.”jelasnya
Salah satu perwakilan yayasan ASRI Febri Mengatakan, bahwa Yayasan Asri bukan sekedar mengelola hutan, melainkan mengelola kesehatan. “Yayasan alam sehat lestari, bergerak di bidang kesehatan manusia dan juga kesehatan lingkungan, ada program kesehatan seperti klik,” tuturnya.
Seperti diketahui saat ini Taman Nasional Gunung Palung memiliki managemet konservasi dengan 7 (tujuh) program, seperti diantaranya, monitor ilegal loging, sahabat hutan, mereboisasi, termasuk membina para petani yang mana saat ini terdapat 17 kelompok tani. Dari jumlah tersebut 10 kelompok diantaranya sudah terintegrasi dengan program pemerintah.
Taman nasional gunung palung saat ini memiliki luas sekitar 90.000 hektar merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi. Tempat ini menyimpan berbagai tipe ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan pamah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut.
Taman Nasional ini terletak di kabupaten Ketapang, provinsi Kalimantan Barat yang merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar. Seperti di daerah Kalimantan Barat lainnya, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai, rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dan tumbuhan obat.
Kawasan Taman Nasional Gunung Palung mempunyai iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun dan suhu udara berkisar antara 25,5° – 35° C. Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang bisa Anda temukan di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April.
Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunganya yang bercorak hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekarnya antara 5-6 hari. Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai penabur biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.
Sementara itu, perwakilan PT. Hutan Ketapang Industri Jems Simatupang mengatakan, bahwa tujuan pihaknya berkerjasama dengan Fakultas Kehutanan Untan adalah berhubungan dengan penelitian dilapangan, terutam yang bergerak dibidang karet, dimana Jems menjelaskan saat ini perusahaan yang berlokasi di kecamatan Kendawangan tersebut memiliki luas lahan konsesi 97.000 hektare dengan luas tanaman sebesar 20 ribu hektare atau hampir 70 persen masuk dalam konservasi.
“Tujaan kita untuk berkerjasama akademisi lokal, berhubungan dengan penelitian di lapangan yang bergerak di bidang karet, dalam hal ini semua kita bantu seperti akomodasi untuk penelitian nanti akan banyak judul yang ditawarkan, kerjasama ini berlangsung cukup panjang, mahasiswa juga membantu perusahaan dalam membuat laporan studi untuk syarat perusahaan mendapatkan sertifikasi sebagai standar pengelolaan yang berkelanjutan.” terangnya.
Manager sertifikasi Eko Gusdiandra, menembahkan,Visi-Misi perusahaan tentang keberlanjutan, parameternya adalah agar pihak perusahaan bisa meraih sertifikasi yang sudah ditentukan dunia, satu diantara syaratnya berkerjasama dengan Universitas lokal.
“Adapun yang akan diteliti disini nantinya seperti ekologisnya, sosial masyarakat, ekonomi masyarakat, termasuk tanaman yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti karet kita tergetkan 36 ribu hektare yang saat ini sudah memasuki masa panen sekitar 30 persen.” Jelasnya.
Eko Gusdiandra juga menjelaskan, dengan adanya HKI masyarakat setempat yang memiliki kebiasaan berladang berpindah, saat ini sudah mengubah pola dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, dimana saat ini hampir 70 persen pekerja di perusahan itu merupakan warga lokal tergantung skill yang dimiliki.
Kedepan pihaknya juga akan membuka pabrik karet, mengolah dan memproduksi sendiri sehingga Ekspor yang akan dilakukan merupahan bahan jadi, sehingga memiliki harga jual yang cukup tinggi.(Red)
Leave a Reply