Arsip

Bulan Ramadhan, Pasar Juadah Diharapkan Tak Dijadikan Tempat Kumpul

Advertisement

PONTIANAK – Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengimbau, menghadapi Bulan Suci Ramadan 1441 Hijriah, agar pasar juadah tak dijadikan sebagai tempat berkumpul. Hal ini sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19 di Kota Pontianak.

“Bulan puasa, Pasar Juadah diharapkan tidak menjadi tempat berkumpul masyarakat, masyarakat bisa menjaga jarak, harus di disiplinkan, karena mobilitas tinggi, kalau makan ditempat kumpul, pasti akan dibubarkan,” tegas Edi Rusdi Kamtono, usai memimpin rapat bersama membahas persiapan menyambut Bulan Suci Ramadan dan pembahasan wacara penerapan PSBB di Kota Pontianak, Selasa (21/4) pagi.

Advertisement

Ia juga mengimbau agar masyarakat khususnya umat muslim yang menunaikan ibadah pusa, agar menunaikan shalat taraweh di rumah. Hal itu sesuai dengan imbauan yang disampaikan oleh Gubernur Kalimantan Barat.

“Imbauan taraweh bisa dirumah sesuai arahan gubernur, saatnya lah kita memaknai, instrospeksi diri, Ramadan tahun ini ada hal khusus yang bisa membuat kita meneteskan air mata,” ujarnya.

Wali Kota Pontianak juga memaparkan, terkait persiapan pemerintah dalam menghadapi dampak sosial saat ini yakni dengan meringankan beban masyarakat melalui bantuan langsung berupa sembako.

“Kesiapan Pemkot menghadapi dampak sosial, akan terus berupaya meringankan beban masyarakat melalui bantuan langsung sembako kepada masyarakat. PSBB anggaran sudah dipersiapkan, sekarang 46 pada perubahan bisa ditambah, untuk angka kemiskinan bertambah 4,8 persen, yang pasti miskin pasti jadi miskin akibat PHK dirumahkan atau tidak ada kerjaan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu Widoyono mengatakan, bahwa PSBB bisa diterapkan jika memenuhi kondisi sesuai Permenkes yaitu apabila kasusnya kecenderungan naik, berdampak pada fasilitas kesehatan tidak memadai, dan kasusnya menjalar ke daerah lain, serta transmisi lokal.

“Sampai Minggu ke-6 16 April masih dalam batas kemampuan kita dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan, sampai saat ini belum masuk fase akselarasi yang akan terjadi dua atau tiga minggu ke depan,” jelas Handanu.

Dengan masyarakat saat ini masih menganggap aman-aman saja kata Handanu, bisa terjadi lonjakan yang tajam karena potensi itu ada.

“Rapid test idealnya semua penduduk beresiko diambil darahnya, dari luar kota, bepergian, gejala sakit. Dari segi pengadaan rapid test tidak bisa dipesan cepat, di Kota Pontianak rapid test sekitar 2.500 orang,” tuturnya.

Menurut Sidiq Handanu, untuk menekan kasuas ini, menghadapi Bulan Suci Ramadan, pembatasan sosial masih hal yang mutlak untuk diterapkan di Kota Pontianak.

“Social dan Phisycal Distancing masih hal yang mutlak yang harus dilakukan, sampai virus ini dianggap bukan menjadi permasalahan kesehatan lagi,” pungkasnya. (Red).

Advertisement