Arsip

Kawasan Gua Maria Anjungan Semakin Nyaman Dikunjungi

Advertisement

MEMPAWAH – Bagi umat Katolik Kalimantan Barat, siapa yang tidak kenal dan tahu dengan objek wisata rohani Gua Maria Anjungan, Kabupaten Mempawah.

Kawasan Gua Maria yang didirikan sejak tahun 1973 tersebut, saat ini terus ditata oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, Pr. Dimulai dari depan, tepatnya di depan patung Maria Ratu Pencinta Damai, sebelumnya lokasi tersebut hanya tanah biasa kini sudah di paving block sehingga kendaraan umat yang akan berziarah, untuk sementara bisa parkir di kawasan tersebut dan sangat representatif. Sementara untuk parkir sepeda motor masih di lokasi lama. Setelah memarkirkan kendaraanya, peziarah harus berjalan kaki dengan menaiki jalan sedikit menanjak atau bukit. Namun jangan khawatir, jalan tersebut juga sudah dibangun sangat baik.

Advertisement
Lokasi perpakiran lebih luas

Selain infrastruktur jalan masuk ke kawasan Gua Maria, saat ini Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, Pr juga tengah membangun rumah retret di kawasan Gua Maria Anjungan. Rumah retret yang dibangun sejak Oktober 2017 lalu tersebut menurut Uskup nantinya akan diberi nama Paus terkenal yaitu Yohanes Paulus II. Uskup menargetkan rumah retret diresmikan Mei atau bertepatan dengan bulan Maria tahun 2020 mendatang. “Jadi saya ini kan menggabungkan rumah retret dengan kawasan wisata rohani dan Gua Maria karena ini saling mendukung, karena kalau orang retret di sini lingkungan juga sangat mendukung,” ungkapnya.

Suasana Misa memperingati Bulan Maria

Uskup juga mengatakan, rumah retret dibangun lebih untuk pembinaan-pembinaan yang lebih intensif, sebab jika hanya memiliki iman tidak cukup jika tidak disertai pengaturan, pembinaan khusus dan sebagainya.

Rumah retret yang dibangun di kawasan Gua Maria Anjungan memiliki 32 kamar yang turut dilengkapi ruang pertemuan atau aula, ruang makan, dapur, WC, kapel, rumah karyawan laki-laki, tempat karyawati, rumah Suster, ditambah pemandangan indah karena berada di atas bukit. Selain itu di lokasi rumah retret juga dibangun rumah adat yaitu rumah betang khas masyarakat Dayak Taman dan unit penginapan dengan model rumah gaya Tionghoa, hal ini sebagai simbol perdamaian antara kedua etnis tersebut setelah peristiwa kelam yang sempat terjadi beberapa puluh tahun silam. “Maka untuk mengenangkan itu sebagai simbol dulu pernah terjadi sekarang jangan lagi,” pintanya.

Uskup juga mengatakan, di kawasan rumah retret nantinya juga akan dibangun rumah doa yang akan dibuka 1×24 jam sehingga umat bisa berdoa dengan khusuk. “Saya mau buka rumah doa yang 24 jam terbuka juga memberi kesempatan kalau orang mau berdoa, ide saya adalah saya ini orang Dayak, dulu kan orang kalau mau dapat kekuatan bertapa di hutan, nah sekarang bertapa di dalam ruangan itu di rumah doa itu simboliknya,” jelasnya.

Fasilitas rumah retret

Uskup mengungkapkan, di rumah doa itu nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas. “Saat ini saya sedang pesan altar dari batang kayu, batang kayu tu dulu burung bersarang di dalam batang itu, jadi simbolik kecil saya letakkan di dalam itu (rumah doa), sudah dipesan di Serimbu dari batang kayu Terindak, sehingga saat peresmian nantinya sudah ada Tabernakelnya itu,” ungkapnya.

Sementara terkait anggaran pembangunan kawasan rumah retret, menurut uskup sekitar Rp10 Milyar dan untuk saat ini sudah diperoleh 3-4 Milyar untuk penyelesaian pembangunannya. Uskup juga memastikan, rumah retret ini nantinya tidak hanya untuk umat Katolik saja, namun masyarakat umum (multietnis) juga bisa menggunakannya.

Selain rumah retret Uskup juga menargetkan akan menata kawasan hutan yang saat ini masih asri di kawasan Gua Maria Anjungan. “Saya ini tipe orang kalau membangun sesuatu jangan setengah-setengah, selain ditata ini hutan saya tata, saya sudah mempersiapkan pohon tebelian, saya sudah siapkan pohon tengkawang, buah-buahan khas Kalimantan, lama kelamaan karet itu saya gantikan dengan pohon-pohon khas Kalimantan, sehingga orang datang ke sini bisa melihat pohon-pohon langka,” ujarnya.

Uskup menegaskan, tak hanya budaya, lingkungan hidup juga ia perhatikan, karena sangat mahal. “Saya merasa miris, rumah orang hebat di Jakarta sana malah hutan Kalimantan pindah ke sana, pakis Kalimantan pindah ke sana, kita ini ada hutannya malah ditebang terus,” sesalnya.

Uskup juga memastikan, penataan kawasan Gua Maria Anjungan akan dilakukan secara berhati-hati jangan sampai merusak lingkungan sekitarnya. (Red)

Advertisement