Arsip

Kembali, Orangutan Menjadi Korban Karhutla

Advertisement

KETAPANG – Balai Konservasi Sumber Aaya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama Yayasan IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di kebun karet milik warga di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Sabtu (21/9).

Orangutan yang diberi nama Jerit ini berjenis kelamin jantan diperkirakan berusia 7 tahun. Sebelumnya keberadaan orang utan ini sudah dilaporkan oleh masyarakat pemilik kebun karet.

Argitoe Ranting, Manager Lapangan IAR menuturkan menyambut baik inisiatif laporan dari masyarakat “Dengan kerjasama seperti ini, Orangutan masih bisa diselematkan, dan tidak disakiti oleh para masyarakat di sini. Tetapi karena hutan di sekitar kebun sudah terbakar semua, kita tidak ada alternatif, dan orangutan ini harus ditangkap dan ditranslokasi ke hutan yang aman,”.

Advertisement

Daerah Kuala Satong, Ketapang, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Palung, Saat ini kebakaran hutan di daerah Kuala Satong sangat luas dan menyebar. Kebakaran habitat yang luas inilah yang mendorong orangutan masuk ke kebun warga dan menimbulkan konflik manusia-orangutan. meskipun tindakan penyelamatan ini adalah opsi terakhir, hal ini harus dilakukan untuk mencegah kerugian baik dari sisi manusia maupun satwa liar.

Ketika ditangkap, kondisi orangutan remaja ini memprihatinkan, selain sangat kurus dan mengalami dehidrasi, tim penyelamat juga menemukan luka membusuk yang melingkar di kaki kanannya akibat lilitan tali jerat.

“Ini sudah kali kedua kami menemukan orangutan yang terjebak jerat di lokasi sekitar disini. Dulu pada tahun 2012, kami juga menyelamatkan satu orangutan yang karena jerat, lukanya sangat parah sehingga tangannya harus diamputasi,” jelas Argitoe. “Masyarakat memang tidak memasang jerat untuk menangkap orangutan, tetapi tanpa sengaja dapat menjebak orangutan. Jika orangutan terluka jerat kemungkinan dalam berapa hari bisa infeksi dan fatal juga,” tambahnya.

Dilansir dari LAPAN, berdasarkan pantauan satelit NOAA dengan tingkat kepercayaan 70% terdapat lebih dari 1400 titik panas di seluruh Kabupaten Ketapang selama bulan September ini.

Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat Orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan.

Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban. Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan. Setelah melalui penanganan tim medis IAR Indonesia, jerit si Orangutan akan kembali dilepasliarkan di tempat yang aman. Penyelamatan Orangutan yang hanya berselang kurang dari 1 minggu dari penyelamatan Orangutan sebelumnya.

Sementara pada kasus karhuta tahun 2015, IAR tercatat menyelamatkan lebih dari 40 Orangutan sejak kebakaran sampai dengan setahun pasca kebakaran. Menanggapi hal tersebut Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia, menyatakan “Dalam habitat orangutan yang terbakar, ada jutaan jenis satwa dan tumbuhan yang tidak bisa diselematkan. Orangutan pun juga banyak yang menjadi korban akibat kebakaran. Kebakaran hutan Borneo dan Sumatra bukan hanya berdampak terhadap negara ini: akibat kebakaran gambut Green house emisi bertambah, dan akibatnya kepanasan global semakin bertambah. Pemerintah dari seluruh dunia harus bergerak mulai dari sekarang sebelum semuanya terlambat untuk mengatasi masalah ini.” (Red).

Advertisement